Title : Remember Then
Author : Aozora Tomomi
PG : 15
Length : Series
Genre : Romance, Friendship, Comedy
Cast :
Park Chan Ri a.k.a Cho Eun Hye a.k.a Aozora as herself
Park Jung Soo (LeeTeuk)
Evilhae a.k.a Ahn Ra Ra as herself
Lee Donghae (Donghae)
Cho Kyuhyun (Kyuhyun)
Park Sung Chan
Super Junior and others
Theme song for this story :
1. TRAX ~ Blind
2. Tokyo Jihen ~ Rakujitsu
3. Kyuhyun SJ ~ The Way To Break Up
4. Super Junior ~ Sorry Sorry Answer
5. K.Will ~ Can't Open Up My Lips
Wuaaaahhh...lama lagi ya next partnya nih...saiya harus minta maaf berkali-kali karena lemot dalam menulis. Tapi semoga part terakhir ini bisa membuat saya dimaafkan. Langsung saja monggo disimak readers... ^^
Biar tahu cerita selengkapnya silahkan mampir kunjungi fb/blog author :
sweetdarkness23@yahoo.com
aozora-tomomi.blogspot.com
Last Part
~ Author POV
“Tuan Cho maaf saya mengganggu?” ajjushi itu kemudian membisikkan sesuatu di telinga tuan Cho, sesuatu yang membuat tuan Cho terlihat shock. Disaat yang hampir bersamaan ketika tuan Cho beradu pandang dengan putrinya ponsel Park Chan Ri berdering nyaring.
“Yobseyo Kyuhyun-ah ada apa? Mwo? Tapi dari mana kau tahu dia adalah….”
“Pletakkk..” suara ponsel Park Chan Ri yang terjatuh ke lantai membuat tuan Cho mengerti apa isi percakapan telepon putrinya dengan putranya di seberang sana.
“Appa…., oemma…” bisik Park Chan Ri lirih.
“Kajja…kita pergi ke rumah sakit sekarang” uap tuan Cho sambil menuntun putrinya.
*****
~ Park Jung Soo POV
Ruangan ini begitu luas. Tampak langit-langitnya yang tinggi penuh dengan ornamen warna-warni dari lukisan yang menggambarkan malaikat cinta cupid. Sang cupid berusaha membidikkan anak panahnya pada sepasang merpati putih yang melekat indah di sana. Di dalam ruangan ada beberapa orang yang kukenali duduk dalam deretan bangku yang sama. Mereka semua mengenakan pakaian formal rapi. Appa, oemma, In Young noona dan semua member Super Junior pun hadir termasuk Kang In, Heechul dan Kibum. Semua tersenyum padaku, semua tampak bahagia untukku. Di deretan bangku yang lain terlihat begitu cantik Donna ajjuma dan Nyonya Cho Rae Im di atas kursi rodanya juga tampak sangat bahagia akan sesuatu.
Kurasakan diriku sendiri berdiri di atas sebuah susunan tangga yang tidak terlalu tinggi. Tubuhku berbalut tuxedo putih dengan sebuah bungan mawar merah tersemat kontras di saku kiriku. Di hadapanku terbentang panjang karpet berwarna merah penuh dengan taburan bungan di sana-sini.
Pintu besar di ujung ruangan tepat di hadapanku terbuka lebar. Sinar putih menyilaukan masuk ke dalam ruangan membuat semua orang yang ada berdiri dan menatap ke arah datangnya sinar terang itu. Kulihat seorang yoeja memasuki ruangan. Berbalut gaun putih cemerlang yang menyentuh lantai, membawa buket bunga cantik disalah satu tangannya, dan tangannya yang lain bergelayut pada lengan seorang namja paruh baya yang kukenali sebagai Tuan Cho Daihan.
Kutatap wajah yoeja yang berjalan menuju ke arahku dengan senyumannya, membuat darahku seperti berhenti mengalir. Jantungku berpacu sangat cepat menimbulkan efek perasaan aneh dalam dadaku. Cho Eun Hye atau Park Chan Ri, yoeja yang sangat kucintai dan sudah mengisi penuh relung hatiku yang selama ini kosong dan kesepian, terlihat sangat cantik dan sempurna.
Perasaan menjadi seseorang yang lengkap utuh menjalar dalam darah dan setiap tarikan nafasku. Dia.. yoeja itu, adalah bagian dari tulang rusukku yang akan bersamaku sampai sisa hidupku nanti. Nyonya Park-ku...
Langkah Chan Ri semakin mantab menuju ke arahku, beberapa langkah lagi dia akan naik ke altar bersama ku dan mengucapkan janji sehidup semati kami di hadapan Tuhan. Kuulurkan tanganku padanya, menyambut uluran tangan Chan Ri yang diserahkan oleh Tuan Cho padaku. Sebelum tangannya sempat menyentuh tanganku, pandanganku berubah kabur. Perlahan-lahan Chan Ri menjauh sambil memanggil-manggil namaku. Kucoba menggerakkan tanggan untuk menggapai tangannya yang semakin pudar, tapi tanganku hanya bergerak-gerak di udara hampa. Tak ada tangan Chan Ri di sana, tak ada lagi siapa pun, hanya gelap. Perasaan kehilangan Chan Ri membuatku hatiku nyeri, seperti terhempas kembali pada kehampaan yang dingin, dan kesepian.
Kudengar sayup-sayup suara memanggil namaku dari kegelapanku. Suara lembut yang sangat kukenal dan kurindukan. Suara yoeja yang kucintai, Park Chan Ri. Sebuah sinar lembut masuk melalui celah di sudut mataku. Perlahan tapi pasti dunia tampak terang kembali. Mataku mulai berusaha melihat sosoknya yang cantik menatapku dengan tangan terjulur.
“Jung Soo-sshi, irona. Kau akan sakit jika tidur di sini” bisiknya lembut padaku.
Kukerjapkan mataku perlahan. Terlihat samar dan kemudian menjadi jelas, Chan Ri duduk disampingku. Aku bangun dari tempatku berbaring dan menyadari apa yang terjadi. Jadi, tadi hanya mimpi. Syukurlah, pikirku. Entah kenapa, perasaan takut kehilangan yoeja di sampingku ini benar-benar seperti mimpi buruk. Aku tertidur di bangku tunggu di luar kamar operasi. Tak kulihat siapa pun selain Chan Ri-ku.
“Gwencana? Wajahmu sangat pucat Jung Soo-sshi” wajahnya tampak khawatir saat menatapku. Wajahnya yang kecoklatan bersinar di bawah temaram lampu koridor rumah sakit, terlihat sendu.
“Gwencanayo. Aku hanya bermimpi buruk. Chagi-ya, sejak kapan kau akhirnya mau memanggilku dengan nama Jung Soo?” ucapku sambil tersenyum geli padanya.
Wajahnya yang malu menampakkan semburat merah di pipinya yang penuh. Tapi dibalik wajah bersemu merahnya, terlihat kesedihan yang tak bisa ditutupinya.
“Oh ya, ajjuma..bagaimana keadaannya? Apakah dia baik-baik saja? Apakah oprasinya berhasil” kucoba memberanikan diriku bertanya keadaan oemma kandungnya.
“Oemma belum selesai dioperasi. Aku tidak tahu apa yang seharusnya aku rasakan saat ini. Tiba-tiba saja oemma muncul dan aku berbaikan dengan appa. Semua kejadian ini seperti kilatan-kilatan mimpi. Aku berharap semua hal akan menjadi lebih baik mulai sekarang.” Suaranya yang lembut tercekat menahan air mata yang sudah berkumpul di ujung kelopak matanya.
Kurengkuh tubuhnya dalam pelukanku untuk menenangkannya. Meskipun begitu tidak ada air mata yang menetes dari matanya yang terlihat sendu sekarang. Chan Ri hanya membalas pelukanku lemah. Kurasakan hembusan nafasnya yang hangat di tengkukku, membuatku sedikit merasa lega bahwa Chan Ri baik-baik saja.
“Apakah kau melihat yang lainnya tadi?” tanyaku kemudian, saat dia melepaskan pelukannya padaku.
“Kyuhyun pulang untuk berganti baju. Mungkin dia akan kembali lagi, tapi aku tidak yakin. Semua punya kesibukan sendiri-sendiri. Aku sangat beruntung memilikimu Jung Soo-sshi. Tapi kau terlihat sangat lelah. Pulanglah dan istirahatlah. Aku saja yang akan menunggu oemma.” Ucapnya lirih padaku sambil membetulkan letak kerah kemeja putih yang kupakai yang terlipat karena posisi tidurku tadi.
Kusadari, ini adalah pertama kalinya kami punya waktu berdua untuk berbicara sambil menatap mata satu sama lain setelah kejadian mabuk malam itu.
“Baiklah, aku akan pulang sebentar dan aku akan kembali lagi. Kau tahu kan aku sudah terbiasa hanya tidur beberapa jam dan dimana saja. Jangan khawatirkan aku. Apakah kau sudah makan? Akan aku bawakan makanan untukmu saat kembali nanti.” Chan Ri menggelelng pelan tanda bahwa dia tak berselera makan untuk saat ini.
“Jung Soo-sshi...” Chan Ri memanggil namaku lembut sambil menyentuh tanganku dan menggengamnya.
“Wae?” jawabku.
“Gumawo, untuk masih ada di sampingku” mendengar ucapannya yang terakhir, hatiku tergerak untuk mendekat padanya lagi. Kukecup keningnya lembut sebelum aku beranjak pergi meninggalkan rumah sakit.
*****
~ Cho Kyuhyun POV
“Jadi apakah kau akan secepatnya menikahi noonaku hyung?” melihat Leeteuk hyung baru sampai, aku sudah tidak sabar membendung pertanyaanku lagi.
“Hyung, mianhe, aku tahu kau sedang lelah, tapi aku hanya ingin tahu apa yang kau pikirkan. Noona sudah berbaikan dengan appa. Dan kupikir appa tidak membencimu.” Lanjutku memberondongi Leeteuk hyung masih seputar pertanyaan tentang Chan Ri noona.
“Aku tidak bisa menikah sekarang Kyunie. Kau tahu, sebentar lagi aku harus pergi menjalankan kewajibanku di militer. Belum lagi SS4 yang akan segera berlangsung. Meskipun aku hanya akan bisa membuka penampilanku di Seoul sebelum berangkat wamil. Lagi pula kami masih sangat baru dalam hubungan ini” Jawab Leeteuk hyung sambil lalu.
“Tapi hyung, apakah kau tidak serius dengan noonaku, hyung?”
“Aku tidak pernah main-main dengan hatiku Kyunie. Tidak akan pernah, terlebih setelah aku bertemu dengan noonamu. Aku sudah pada tahap tidak bisa hidup tanpanya, bukan hanya mencintainya, menyayanginya ataupun memujanya, tapi aku membutuhkannya. Seperti udara dan air itulah arti dia bagiku. Aku sangat tergila-gila pada noonamu. Itulah sebabnya beberapa malam ini aku merasa seperti orang gila. Memikirkan akan berpisah dengannya selama dua tahun saja aku rasa hampir tidak sanggup. Tapi aku tetap harus pergi kan.” Leeteuk hyung menjelaskan perasaannya terhadap Chan Ri noona, kurasakan kata-katanya sangat jujur dan terdegar tulus.
“Baiklah hyung, mianhe aku bertanya tanpa melihat kondisi. Aku hanya khawatir pada noona dengan kondisi ajjuma yang tidak menentu. Jika ajjuma harus pergi, maka noona pasti sangat sedih. Dokter bilang kemungkinannya hanya 5% meskipun dengan operasi yang sekarang. Bahkan ajjuma bisa kehilangan sebagian atau seluruh ingatannya jika operasi berhasil. Itu artinya sama saja noona tidak akan ada dalam ingatan ajjuma.”
“Kyuhyun-ah, apakah Chan Ri tahu?”
“Nde, noona sudah tahu semuanya hyung. Itulah sebabnya aku ingin hyung sebisa mungkin selalu ada disampingnya. Aku hanya tidak suka melihat noona bersedih”
“Kyunie, aku akan selalu ada disampingnya. Kau jangan khawatirkan itu. Lagipula dia juga memilikimu, adiknya yang sangat menyayanginya kan?” Leeteuk hyung berusaha menenangkan dan berusaha membuatku berhenti khawatir.
Aku sangat mengenal hyungku satu ini. Meskipun dia sangat mudah kukerjai dan selalu lemah jika harus berhadapan tanding game denganku, tapi hyung adalah yang paling bisa membuat kami tenang. Leeteuk hyung juga seorang hyung sangat baik. Tapi aku juga tahu, di balik kesabarannya itu, dia menutupi kekhawatirannya sendiri tentang perpisahan dengan Chan Ri noona jika dia harus pergi menjalankan wajib militernya akhir tahun ini.
“Ting tong...” terdengar bunyi bel pintu dorm yang nyaring. Leeteuk hyung keluar dan membukakan pintu untuk seseorang di luar sana. Terlihat dari kejauhan Leeteuk hyung berbincang dengan seorang yoeja yang tampak akrab dengannya dan mempersilahkannya masuk. Aku tak bisa melihat dengan jelas siapa yang datang, karena terhalang oleh tembok koridor menuju pintu masuk.
Kang So Ra, apa tujuan sebenarnya dia datang ke ke sini?
“Hai Kyuhyun-sshi, bagaimana progresmu dengan acara WGM?” tanyanya sambil tersenyum padaku saat masuk ke ruang tamu.
“Ah..itu, baik-baik saja. Aku hanya berlatih akting saja. Lagipula aku tidak terlalu fokus pada WGM. Aku lebih suka dengan drama musikalku dibandingkan harus berpura-pura menikah atau berkencan dengan seseorang.” Jawabku datar.
“Apakah kau tidak menyukainya?” tanya Kang So Ra lebih jauh dengan nada ingin tahu yang besar.
“Kyuhyun bisakan kau tinggalkan kami bicara berdua?” pinta Leeteuk hyung kemudian, memotong pertanyaan So Ra yang belum sempat dan memang tidak ingin ku jawab.
Kulangkahkan kakiku ke kamar Leeteuk hyung yang kosong dan berusaha menguping pembicaraan mereka di balik pintu. Jika ada Kang So Ra sampai datang ke dorm, ini pasti bukan hal biasa yang sedang terjadi.
Kudengar sayup-sayup suara Leeteuk hyung dan Kang So Ra yang sedang membahas sesuatu. Jujur saja, awalnya aku sangat mendukung Leeteuk hyung bisa benar-benar menjalin hubungan dengan Kang So Ra. Leeteuk hyung juga dulu sepertinya sangat menyukai So Ra dan mereka sangat dekat. Tapi sejak bertemu dan mengenal noona, sepertinya Leeteuk hyung berubah menjadi orang yang sangat ceria dan lebih baik. Dan benar saja, ternyata Leeteuk hyung mencintai noonaku daripada Kang So Ra.
Tunggu dulu.., mereka menyebut-nyebut nama noona. Apakah mereka sedang membicarakan Chan Ri noona?
“Maafkan aku So Ra-ah, kau sudah tahu kan kemarin waktu itu aku sudah menjelaskan padamu kalau aku sudah ada orang yang kucintai. Dan aku tidak bisa memaksakan perasaanku padamu yang hanya sebatas perasaan seorang kakak kepada adik. Tidak bisa lebih. Chan Ri adalah segalanya bagiku sekarang.
“Oppa kau jahat, kau tidak memperdulikan perasaanku sama sekali. Kau meninggalkanku di tepi jalan malam itu tanpa mau mengerti harga diriku. Aku sudah bertemu Cho Eun Hye alias Park Chan Ri. Aku saja tidak mengerti mengapa dia memiliki dua nama. Dan kau tahu ternyata dia memiliki skandal dengan Donghwa oppa kakak Donghae oppa. Bukankah itu akan jadi berita yang mengejutkanmu. Wanita yang kau banggakan ternyata sudah memiliki kekasih yang adalah direkturnya sendiri. Dia bekerja di MR Entertainmen kan? Kudengar hubungannya dengan appanya tidak baik itulah sebabnya dia tidak mau bekerja di perusahaan appanya. Padahal tuan Cho Daihan sangatlah sukses di bidang bisnisnya. Kurasa dia hanya terlalu idealis.”
“So Ra-ah, apa yang kau bicarakan padanya? Jangan bilang kau akan mengancamnya?”
“Aku sudah melakukannya oppa. Dan dia tidak bergeming, dia bilang oppa sudah punya yoeja chingu sekarang. Aku bilang saja jika yoejachingu oppa adalah aku.”
“Tapi kenapa kau harus berbohong padanya? So Ra-ah kau sudah terlalu jauh. Seharusnya kau tidak bertindak gegabah. Kupikir kau adalah gadis yang baik dan manis, tapi kau penuh dengan kejutan. Kejutan-kejutan darimu yang tak bisa kuterima.”
“Oppa, apakah kau masih mau menolakku? Aku melakukan semua ini karena oppa terus menolakku.”
“Apakah kau masih tidak mengerti? Kau sangat kekanakan. Perasaan manusia tidak akan bisa dipaksakan So Ra-ah.”
“Yah, mengapa kata-kata oppa sama dengan kata-kata Eun Hye-sshi. Aku akan membuat oppa belajar mencintaiku. Aku rela jika harus menunggumu sampai bisa mencintaiku oppa. Aku yakin oppa bisa mencintaiku perlahan, dan melupakan dia jika oppa mau bersama denganku.”
“Cukup So Ra. Hentikan bicaramu.”
“Oppa, apakah kau tidak sakit hati ketika tahu dia sudah punya namja chingu? Dan namja chingunya adalah hyung dari Donghae oppa yang sangat dekatmu?”
“Tidak So Ra aku selalu percaya pada Chan Ri. Dan karena aku tahu kau hanya tidak tahu yang sebenarnya dan mengarang cerita.”
“Oppa bagaimana kau tega bilang seperti itu?”
“Apakah kau sudah meneliti latar belakang Park Chan Ri atau Cho Eun Hye? Memang tidak banyak yang bisa kau temukan di berita atau internet tapi kau akan tahu jika kau mau berusaha tahu. Tapi kau terlalu perduli dengan perasaanmu sendiri dan tidak mau tahu tentang apa yang terjadi di sekelilingmu. So Ra-ah apakah kau pernah mendengar orang berkata ‘perlakukanlah seseorang seperti kau ingin diperlakukan?’ Dari sinilah kau seharusnya mengerti apa yang terjadi dalam hidupmu adalah karena sikapmu sendiri. Termasuk mengapa aku tidak bisa dan tidak ingin bersama mu. Kau memperlakukan orang lain seolah semuanya hanya milikmu dan hanya kau yang hidup di dunia ini.”
“Oppa apa maksudmu sebenarnya? Apakah Cho Eun Hye sangat istimewa bagimu sehingga kau bahkan mengacuhkanku?”
“Iya, dia sangat berarti. Dan sudah kukatakan padamu berkali-kali. Tapi kau tak pernah mendengarkan. Kau benar aku memang sudah punya yoejachingu. Yoejachinguku adalah dia, Cho Eun Hye a.k.a Park Chan Ri kakak dari Cho Kyuhyun. Apakah sekrang kau bisa mengerti. Hentikanlah semua kebohonganmu So Ra-ah.”
“Aku tidak bisa terima, akan aku lakukan apa pun untuk bisa mendapatkanmu dan merebutmu dari sisinya.”
“Kau tahu So Ra? Aku sudah bernegosiasi melalui Lee So Man Aajjushi. Dan ancamanmu tidak akan mempan, karena ayahmu sendiri sebagai produser WGM akan segera menghentikan episode kita karena bulan depan aku sudah harus meninggalkan Super Junior sementara waktu untuk wajib militerku”
“Oppa, bukankah jadwal wajib militermu masih tahu depan?”
“Anniya, aku mendaftarkan pengajuan untuk mempercepatnya. Karena aku punya renana untuk menikah setelahnya”
“Mworago?? Menikah??”
“Pletak...”
Tedengar suara ponselku terjatuh pada saat yang bersamaan dengan teriakan So Ra tadi. Aku terpeleset lantai kayu licin yang beradu dengan kaos kakiku. Aku lupa memakai sandal selopku. Percakapan yang dari tadi sedang kudengarkan terhenti. Saat aku hampir meraih ponselku tanpa sengaja kakiku saling bertautan karena licin.
“Braakkkkk...!”
Aku sukses terjatuh tersandung kakiku sendiri dengan posisi yang sangat tidak sedap dipandang di luar kamar Leeteuk hyung, langsung menghadap kedua orang yang sedang berbincang-bincang yang kini menatapku aneh.
“Hahahaha...mianhe, aku baru bangun tidur dan lupa melepas kaos kakiku jadi di sini sangat licin.”
“Kau tidur dengan mantel bepergianmu dan juga kemeja rapimu itu Kyuhyun-sshi?” pertanyaan Kang So Ra dan caranya melihatku dengan pandangan heran membuatku tersadar, aku memakai baju lengkap dengan mantel bepergian. Ini jelas bukan kostum bangun tidur.
Leeteuk oppa hanya menepuk kening kepalanya dan melotot padaku geram. Aku mencoba meminta penjelasan dan pertolongan untuk pembelaan darinya. Tapi dia hanya berdiri dan memandangku dengan melipat kedua lengannya di depan dada.
“Ah sebaiknya aku pergi dulu. Aku harus ke rumah sakit. Hyung kau juga ke sana kan? Sampai bertemu di sana hyung” ucapku dan segera secepat mungkin pergi dari tempat itu dengan wajah yang kusetel tetap cool dan pura-pura tidak terpengaruh dengan pandangan mereka berdua.
Dasar kau Kyuhyun, kenapa kau bodoh sekali. Harus merasa malu di hadapan mereka. Untung saja mereka tidak menginterogasiku. Tunggu dulu, jadi Leeteuk hyung menolak Kang So Ra. Hahahaha...sudah kuduga itu akan terjadi. Tapi So Ra terlihat tidak senang. Aku akan menginterogasi hyung nanti di rumah sakit. Sepertinya Kang So Ra tidak bisa dibiarkan lagi.
*****
Author : Aozora Tomomi
PG : 15
Length : Series
Genre : Romance, Friendship, Comedy
Cast :
Park Chan Ri a.k.a Cho Eun Hye a.k.a Aozora as herself
Park Jung Soo (LeeTeuk)
Evilhae a.k.a Ahn Ra Ra as herself
Lee Donghae (Donghae)
Cho Kyuhyun (Kyuhyun)
Park Sung Chan
Super Junior and others
Theme song for this story :
1. TRAX ~ Blind
2. Tokyo Jihen ~ Rakujitsu
3. Kyuhyun SJ ~ The Way To Break Up
4. Super Junior ~ Sorry Sorry Answer
5. K.Will ~ Can't Open Up My Lips
Wuaaaahhh...lama lagi ya next partnya nih...saiya harus minta maaf berkali-kali karena lemot dalam menulis. Tapi semoga part terakhir ini bisa membuat saya dimaafkan. Langsung saja monggo disimak readers... ^^
Biar tahu cerita selengkapnya silahkan mampir kunjungi fb/blog author :
sweetdarkness23@yahoo.com
aozora-tomomi.blogspot.com
Last Part
~ Author POV
“Tuan Cho maaf saya mengganggu?” ajjushi itu kemudian membisikkan sesuatu di telinga tuan Cho, sesuatu yang membuat tuan Cho terlihat shock. Disaat yang hampir bersamaan ketika tuan Cho beradu pandang dengan putrinya ponsel Park Chan Ri berdering nyaring.
“Yobseyo Kyuhyun-ah ada apa? Mwo? Tapi dari mana kau tahu dia adalah….”
“Pletakkk..” suara ponsel Park Chan Ri yang terjatuh ke lantai membuat tuan Cho mengerti apa isi percakapan telepon putrinya dengan putranya di seberang sana.
“Appa…., oemma…” bisik Park Chan Ri lirih.
“Kajja…kita pergi ke rumah sakit sekarang” uap tuan Cho sambil menuntun putrinya.
*****
~ Park Jung Soo POV
Ruangan ini begitu luas. Tampak langit-langitnya yang tinggi penuh dengan ornamen warna-warni dari lukisan yang menggambarkan malaikat cinta cupid. Sang cupid berusaha membidikkan anak panahnya pada sepasang merpati putih yang melekat indah di sana. Di dalam ruangan ada beberapa orang yang kukenali duduk dalam deretan bangku yang sama. Mereka semua mengenakan pakaian formal rapi. Appa, oemma, In Young noona dan semua member Super Junior pun hadir termasuk Kang In, Heechul dan Kibum. Semua tersenyum padaku, semua tampak bahagia untukku. Di deretan bangku yang lain terlihat begitu cantik Donna ajjuma dan Nyonya Cho Rae Im di atas kursi rodanya juga tampak sangat bahagia akan sesuatu.
Kurasakan diriku sendiri berdiri di atas sebuah susunan tangga yang tidak terlalu tinggi. Tubuhku berbalut tuxedo putih dengan sebuah bungan mawar merah tersemat kontras di saku kiriku. Di hadapanku terbentang panjang karpet berwarna merah penuh dengan taburan bungan di sana-sini.
Pintu besar di ujung ruangan tepat di hadapanku terbuka lebar. Sinar putih menyilaukan masuk ke dalam ruangan membuat semua orang yang ada berdiri dan menatap ke arah datangnya sinar terang itu. Kulihat seorang yoeja memasuki ruangan. Berbalut gaun putih cemerlang yang menyentuh lantai, membawa buket bunga cantik disalah satu tangannya, dan tangannya yang lain bergelayut pada lengan seorang namja paruh baya yang kukenali sebagai Tuan Cho Daihan.
Kutatap wajah yoeja yang berjalan menuju ke arahku dengan senyumannya, membuat darahku seperti berhenti mengalir. Jantungku berpacu sangat cepat menimbulkan efek perasaan aneh dalam dadaku. Cho Eun Hye atau Park Chan Ri, yoeja yang sangat kucintai dan sudah mengisi penuh relung hatiku yang selama ini kosong dan kesepian, terlihat sangat cantik dan sempurna.
Perasaan menjadi seseorang yang lengkap utuh menjalar dalam darah dan setiap tarikan nafasku. Dia.. yoeja itu, adalah bagian dari tulang rusukku yang akan bersamaku sampai sisa hidupku nanti. Nyonya Park-ku...
Langkah Chan Ri semakin mantab menuju ke arahku, beberapa langkah lagi dia akan naik ke altar bersama ku dan mengucapkan janji sehidup semati kami di hadapan Tuhan. Kuulurkan tanganku padanya, menyambut uluran tangan Chan Ri yang diserahkan oleh Tuan Cho padaku. Sebelum tangannya sempat menyentuh tanganku, pandanganku berubah kabur. Perlahan-lahan Chan Ri menjauh sambil memanggil-manggil namaku. Kucoba menggerakkan tanggan untuk menggapai tangannya yang semakin pudar, tapi tanganku hanya bergerak-gerak di udara hampa. Tak ada tangan Chan Ri di sana, tak ada lagi siapa pun, hanya gelap. Perasaan kehilangan Chan Ri membuatku hatiku nyeri, seperti terhempas kembali pada kehampaan yang dingin, dan kesepian.
Kudengar sayup-sayup suara memanggil namaku dari kegelapanku. Suara lembut yang sangat kukenal dan kurindukan. Suara yoeja yang kucintai, Park Chan Ri. Sebuah sinar lembut masuk melalui celah di sudut mataku. Perlahan tapi pasti dunia tampak terang kembali. Mataku mulai berusaha melihat sosoknya yang cantik menatapku dengan tangan terjulur.
“Jung Soo-sshi, irona. Kau akan sakit jika tidur di sini” bisiknya lembut padaku.
Kukerjapkan mataku perlahan. Terlihat samar dan kemudian menjadi jelas, Chan Ri duduk disampingku. Aku bangun dari tempatku berbaring dan menyadari apa yang terjadi. Jadi, tadi hanya mimpi. Syukurlah, pikirku. Entah kenapa, perasaan takut kehilangan yoeja di sampingku ini benar-benar seperti mimpi buruk. Aku tertidur di bangku tunggu di luar kamar operasi. Tak kulihat siapa pun selain Chan Ri-ku.
“Gwencana? Wajahmu sangat pucat Jung Soo-sshi” wajahnya tampak khawatir saat menatapku. Wajahnya yang kecoklatan bersinar di bawah temaram lampu koridor rumah sakit, terlihat sendu.
“Gwencanayo. Aku hanya bermimpi buruk. Chagi-ya, sejak kapan kau akhirnya mau memanggilku dengan nama Jung Soo?” ucapku sambil tersenyum geli padanya.
Wajahnya yang malu menampakkan semburat merah di pipinya yang penuh. Tapi dibalik wajah bersemu merahnya, terlihat kesedihan yang tak bisa ditutupinya.
“Oh ya, ajjuma..bagaimana keadaannya? Apakah dia baik-baik saja? Apakah oprasinya berhasil” kucoba memberanikan diriku bertanya keadaan oemma kandungnya.
“Oemma belum selesai dioperasi. Aku tidak tahu apa yang seharusnya aku rasakan saat ini. Tiba-tiba saja oemma muncul dan aku berbaikan dengan appa. Semua kejadian ini seperti kilatan-kilatan mimpi. Aku berharap semua hal akan menjadi lebih baik mulai sekarang.” Suaranya yang lembut tercekat menahan air mata yang sudah berkumpul di ujung kelopak matanya.
Kurengkuh tubuhnya dalam pelukanku untuk menenangkannya. Meskipun begitu tidak ada air mata yang menetes dari matanya yang terlihat sendu sekarang. Chan Ri hanya membalas pelukanku lemah. Kurasakan hembusan nafasnya yang hangat di tengkukku, membuatku sedikit merasa lega bahwa Chan Ri baik-baik saja.
“Apakah kau melihat yang lainnya tadi?” tanyaku kemudian, saat dia melepaskan pelukannya padaku.
“Kyuhyun pulang untuk berganti baju. Mungkin dia akan kembali lagi, tapi aku tidak yakin. Semua punya kesibukan sendiri-sendiri. Aku sangat beruntung memilikimu Jung Soo-sshi. Tapi kau terlihat sangat lelah. Pulanglah dan istirahatlah. Aku saja yang akan menunggu oemma.” Ucapnya lirih padaku sambil membetulkan letak kerah kemeja putih yang kupakai yang terlipat karena posisi tidurku tadi.
Kusadari, ini adalah pertama kalinya kami punya waktu berdua untuk berbicara sambil menatap mata satu sama lain setelah kejadian mabuk malam itu.
“Baiklah, aku akan pulang sebentar dan aku akan kembali lagi. Kau tahu kan aku sudah terbiasa hanya tidur beberapa jam dan dimana saja. Jangan khawatirkan aku. Apakah kau sudah makan? Akan aku bawakan makanan untukmu saat kembali nanti.” Chan Ri menggelelng pelan tanda bahwa dia tak berselera makan untuk saat ini.
“Jung Soo-sshi...” Chan Ri memanggil namaku lembut sambil menyentuh tanganku dan menggengamnya.
“Wae?” jawabku.
“Gumawo, untuk masih ada di sampingku” mendengar ucapannya yang terakhir, hatiku tergerak untuk mendekat padanya lagi. Kukecup keningnya lembut sebelum aku beranjak pergi meninggalkan rumah sakit.
*****
~ Cho Kyuhyun POV
“Jadi apakah kau akan secepatnya menikahi noonaku hyung?” melihat Leeteuk hyung baru sampai, aku sudah tidak sabar membendung pertanyaanku lagi.
“Hyung, mianhe, aku tahu kau sedang lelah, tapi aku hanya ingin tahu apa yang kau pikirkan. Noona sudah berbaikan dengan appa. Dan kupikir appa tidak membencimu.” Lanjutku memberondongi Leeteuk hyung masih seputar pertanyaan tentang Chan Ri noona.
“Aku tidak bisa menikah sekarang Kyunie. Kau tahu, sebentar lagi aku harus pergi menjalankan kewajibanku di militer. Belum lagi SS4 yang akan segera berlangsung. Meskipun aku hanya akan bisa membuka penampilanku di Seoul sebelum berangkat wamil. Lagi pula kami masih sangat baru dalam hubungan ini” Jawab Leeteuk hyung sambil lalu.
“Tapi hyung, apakah kau tidak serius dengan noonaku, hyung?”
“Aku tidak pernah main-main dengan hatiku Kyunie. Tidak akan pernah, terlebih setelah aku bertemu dengan noonamu. Aku sudah pada tahap tidak bisa hidup tanpanya, bukan hanya mencintainya, menyayanginya ataupun memujanya, tapi aku membutuhkannya. Seperti udara dan air itulah arti dia bagiku. Aku sangat tergila-gila pada noonamu. Itulah sebabnya beberapa malam ini aku merasa seperti orang gila. Memikirkan akan berpisah dengannya selama dua tahun saja aku rasa hampir tidak sanggup. Tapi aku tetap harus pergi kan.” Leeteuk hyung menjelaskan perasaannya terhadap Chan Ri noona, kurasakan kata-katanya sangat jujur dan terdegar tulus.
“Baiklah hyung, mianhe aku bertanya tanpa melihat kondisi. Aku hanya khawatir pada noona dengan kondisi ajjuma yang tidak menentu. Jika ajjuma harus pergi, maka noona pasti sangat sedih. Dokter bilang kemungkinannya hanya 5% meskipun dengan operasi yang sekarang. Bahkan ajjuma bisa kehilangan sebagian atau seluruh ingatannya jika operasi berhasil. Itu artinya sama saja noona tidak akan ada dalam ingatan ajjuma.”
“Kyuhyun-ah, apakah Chan Ri tahu?”
“Nde, noona sudah tahu semuanya hyung. Itulah sebabnya aku ingin hyung sebisa mungkin selalu ada disampingnya. Aku hanya tidak suka melihat noona bersedih”
“Kyunie, aku akan selalu ada disampingnya. Kau jangan khawatirkan itu. Lagipula dia juga memilikimu, adiknya yang sangat menyayanginya kan?” Leeteuk hyung berusaha menenangkan dan berusaha membuatku berhenti khawatir.
Aku sangat mengenal hyungku satu ini. Meskipun dia sangat mudah kukerjai dan selalu lemah jika harus berhadapan tanding game denganku, tapi hyung adalah yang paling bisa membuat kami tenang. Leeteuk hyung juga seorang hyung sangat baik. Tapi aku juga tahu, di balik kesabarannya itu, dia menutupi kekhawatirannya sendiri tentang perpisahan dengan Chan Ri noona jika dia harus pergi menjalankan wajib militernya akhir tahun ini.
“Ting tong...” terdengar bunyi bel pintu dorm yang nyaring. Leeteuk hyung keluar dan membukakan pintu untuk seseorang di luar sana. Terlihat dari kejauhan Leeteuk hyung berbincang dengan seorang yoeja yang tampak akrab dengannya dan mempersilahkannya masuk. Aku tak bisa melihat dengan jelas siapa yang datang, karena terhalang oleh tembok koridor menuju pintu masuk.
Kang So Ra, apa tujuan sebenarnya dia datang ke ke sini?
“Hai Kyuhyun-sshi, bagaimana progresmu dengan acara WGM?” tanyanya sambil tersenyum padaku saat masuk ke ruang tamu.
“Ah..itu, baik-baik saja. Aku hanya berlatih akting saja. Lagipula aku tidak terlalu fokus pada WGM. Aku lebih suka dengan drama musikalku dibandingkan harus berpura-pura menikah atau berkencan dengan seseorang.” Jawabku datar.
“Apakah kau tidak menyukainya?” tanya Kang So Ra lebih jauh dengan nada ingin tahu yang besar.
“Kyuhyun bisakan kau tinggalkan kami bicara berdua?” pinta Leeteuk hyung kemudian, memotong pertanyaan So Ra yang belum sempat dan memang tidak ingin ku jawab.
Kulangkahkan kakiku ke kamar Leeteuk hyung yang kosong dan berusaha menguping pembicaraan mereka di balik pintu. Jika ada Kang So Ra sampai datang ke dorm, ini pasti bukan hal biasa yang sedang terjadi.
Kudengar sayup-sayup suara Leeteuk hyung dan Kang So Ra yang sedang membahas sesuatu. Jujur saja, awalnya aku sangat mendukung Leeteuk hyung bisa benar-benar menjalin hubungan dengan Kang So Ra. Leeteuk hyung juga dulu sepertinya sangat menyukai So Ra dan mereka sangat dekat. Tapi sejak bertemu dan mengenal noona, sepertinya Leeteuk hyung berubah menjadi orang yang sangat ceria dan lebih baik. Dan benar saja, ternyata Leeteuk hyung mencintai noonaku daripada Kang So Ra.
Tunggu dulu.., mereka menyebut-nyebut nama noona. Apakah mereka sedang membicarakan Chan Ri noona?
“Maafkan aku So Ra-ah, kau sudah tahu kan kemarin waktu itu aku sudah menjelaskan padamu kalau aku sudah ada orang yang kucintai. Dan aku tidak bisa memaksakan perasaanku padamu yang hanya sebatas perasaan seorang kakak kepada adik. Tidak bisa lebih. Chan Ri adalah segalanya bagiku sekarang.
“Oppa kau jahat, kau tidak memperdulikan perasaanku sama sekali. Kau meninggalkanku di tepi jalan malam itu tanpa mau mengerti harga diriku. Aku sudah bertemu Cho Eun Hye alias Park Chan Ri. Aku saja tidak mengerti mengapa dia memiliki dua nama. Dan kau tahu ternyata dia memiliki skandal dengan Donghwa oppa kakak Donghae oppa. Bukankah itu akan jadi berita yang mengejutkanmu. Wanita yang kau banggakan ternyata sudah memiliki kekasih yang adalah direkturnya sendiri. Dia bekerja di MR Entertainmen kan? Kudengar hubungannya dengan appanya tidak baik itulah sebabnya dia tidak mau bekerja di perusahaan appanya. Padahal tuan Cho Daihan sangatlah sukses di bidang bisnisnya. Kurasa dia hanya terlalu idealis.”
“So Ra-ah, apa yang kau bicarakan padanya? Jangan bilang kau akan mengancamnya?”
“Aku sudah melakukannya oppa. Dan dia tidak bergeming, dia bilang oppa sudah punya yoeja chingu sekarang. Aku bilang saja jika yoejachingu oppa adalah aku.”
“Tapi kenapa kau harus berbohong padanya? So Ra-ah kau sudah terlalu jauh. Seharusnya kau tidak bertindak gegabah. Kupikir kau adalah gadis yang baik dan manis, tapi kau penuh dengan kejutan. Kejutan-kejutan darimu yang tak bisa kuterima.”
“Oppa, apakah kau masih mau menolakku? Aku melakukan semua ini karena oppa terus menolakku.”
“Apakah kau masih tidak mengerti? Kau sangat kekanakan. Perasaan manusia tidak akan bisa dipaksakan So Ra-ah.”
“Yah, mengapa kata-kata oppa sama dengan kata-kata Eun Hye-sshi. Aku akan membuat oppa belajar mencintaiku. Aku rela jika harus menunggumu sampai bisa mencintaiku oppa. Aku yakin oppa bisa mencintaiku perlahan, dan melupakan dia jika oppa mau bersama denganku.”
“Cukup So Ra. Hentikan bicaramu.”
“Oppa, apakah kau tidak sakit hati ketika tahu dia sudah punya namja chingu? Dan namja chingunya adalah hyung dari Donghae oppa yang sangat dekatmu?”
“Tidak So Ra aku selalu percaya pada Chan Ri. Dan karena aku tahu kau hanya tidak tahu yang sebenarnya dan mengarang cerita.”
“Oppa bagaimana kau tega bilang seperti itu?”
“Apakah kau sudah meneliti latar belakang Park Chan Ri atau Cho Eun Hye? Memang tidak banyak yang bisa kau temukan di berita atau internet tapi kau akan tahu jika kau mau berusaha tahu. Tapi kau terlalu perduli dengan perasaanmu sendiri dan tidak mau tahu tentang apa yang terjadi di sekelilingmu. So Ra-ah apakah kau pernah mendengar orang berkata ‘perlakukanlah seseorang seperti kau ingin diperlakukan?’ Dari sinilah kau seharusnya mengerti apa yang terjadi dalam hidupmu adalah karena sikapmu sendiri. Termasuk mengapa aku tidak bisa dan tidak ingin bersama mu. Kau memperlakukan orang lain seolah semuanya hanya milikmu dan hanya kau yang hidup di dunia ini.”
“Oppa apa maksudmu sebenarnya? Apakah Cho Eun Hye sangat istimewa bagimu sehingga kau bahkan mengacuhkanku?”
“Iya, dia sangat berarti. Dan sudah kukatakan padamu berkali-kali. Tapi kau tak pernah mendengarkan. Kau benar aku memang sudah punya yoejachingu. Yoejachinguku adalah dia, Cho Eun Hye a.k.a Park Chan Ri kakak dari Cho Kyuhyun. Apakah sekrang kau bisa mengerti. Hentikanlah semua kebohonganmu So Ra-ah.”
“Aku tidak bisa terima, akan aku lakukan apa pun untuk bisa mendapatkanmu dan merebutmu dari sisinya.”
“Kau tahu So Ra? Aku sudah bernegosiasi melalui Lee So Man Aajjushi. Dan ancamanmu tidak akan mempan, karena ayahmu sendiri sebagai produser WGM akan segera menghentikan episode kita karena bulan depan aku sudah harus meninggalkan Super Junior sementara waktu untuk wajib militerku”
“Oppa, bukankah jadwal wajib militermu masih tahu depan?”
“Anniya, aku mendaftarkan pengajuan untuk mempercepatnya. Karena aku punya renana untuk menikah setelahnya”
“Mworago?? Menikah??”
“Pletak...”
Tedengar suara ponselku terjatuh pada saat yang bersamaan dengan teriakan So Ra tadi. Aku terpeleset lantai kayu licin yang beradu dengan kaos kakiku. Aku lupa memakai sandal selopku. Percakapan yang dari tadi sedang kudengarkan terhenti. Saat aku hampir meraih ponselku tanpa sengaja kakiku saling bertautan karena licin.
“Braakkkkk...!”
Aku sukses terjatuh tersandung kakiku sendiri dengan posisi yang sangat tidak sedap dipandang di luar kamar Leeteuk hyung, langsung menghadap kedua orang yang sedang berbincang-bincang yang kini menatapku aneh.
“Hahahaha...mianhe, aku baru bangun tidur dan lupa melepas kaos kakiku jadi di sini sangat licin.”
“Kau tidur dengan mantel bepergianmu dan juga kemeja rapimu itu Kyuhyun-sshi?” pertanyaan Kang So Ra dan caranya melihatku dengan pandangan heran membuatku tersadar, aku memakai baju lengkap dengan mantel bepergian. Ini jelas bukan kostum bangun tidur.
Leeteuk oppa hanya menepuk kening kepalanya dan melotot padaku geram. Aku mencoba meminta penjelasan dan pertolongan untuk pembelaan darinya. Tapi dia hanya berdiri dan memandangku dengan melipat kedua lengannya di depan dada.
“Ah sebaiknya aku pergi dulu. Aku harus ke rumah sakit. Hyung kau juga ke sana kan? Sampai bertemu di sana hyung” ucapku dan segera secepat mungkin pergi dari tempat itu dengan wajah yang kusetel tetap cool dan pura-pura tidak terpengaruh dengan pandangan mereka berdua.
Dasar kau Kyuhyun, kenapa kau bodoh sekali. Harus merasa malu di hadapan mereka. Untung saja mereka tidak menginterogasiku. Tunggu dulu, jadi Leeteuk hyung menolak Kang So Ra. Hahahaha...sudah kuduga itu akan terjadi. Tapi So Ra terlihat tidak senang. Aku akan menginterogasi hyung nanti di rumah sakit. Sepertinya Kang So Ra tidak bisa dibiarkan lagi.
*****
“Appa, apakah ajjuma sudah selesai dioperasi?” mencoba untuk memberanikan diri bertanya kepada appa untuk pertama kali setelah semua kejadian yang membuatku pernah membencinya.“Nde, keadaannya belum stabil dan masih harus di terus diawasi. Tim dokter sudah melakukan yang terbaik. Semoga hasilnya baik. Kita berdoa saja Kyunie.” Appa terlihat sangat letih ketika mengucapkan jawaban pertanyaanku. Terlihat gurat-gurat yang semakin tegas di dahinya yang menandakan umurnya yang sudah tidak muda lagi.
“Mianhe Kyuhyun-ah, selama ini appa memperlakukan kalian dengan sangat tidak adil. Appa tahu cara appa mendidik kalian salah. Dan appa selalu menghalangi kalian untuk mewujudkan mimpi-mimpi kalian. Tapi ternyata kalian bisa membuktikan kepadaku jika semua pemikiranku adalah salah. Aku bangga pada kalian anak-anakku.”
“Appa, sudahlah. Yang terpenting sekarang kita adalah keluarga yang utuh. Aku hanya minta, jika nanti appa sempat kita kunjungi oemma bersama.”
“Nde, appa berjanji padamu Kyuhyun-ah.” Appa memelukku. Punggungnya terasa hangat. Sudah lama sekali sejak kami bertengkar dan banyak hal terjadi membuat kami tak pernah bicara dengan baik.
“Kemana noona? Aku belum melihatnya dari tadi?”
“Dia ada di kamar rawat menemani oemma di sana. Appa harus kembali ke perusahaan. Kutitipkan keadaan di sini padamu Kyuhyun-ah” appa berbisik pelan padaku sembari beranjak dari tempat duduknya.
“Nde appa, aku akan menjaga mereka.”
*****
“Noona gwenchana? Wajahmu sangat pucat” kulihat noona duduk di samping tempat tidur ajjuma Dhona yang masih terbaring tak sadarkan diri. Sudah dua minggu sejak ajjuma dioperasi namun ajjuma justru mengalami koma dan belum sadarkan diri sampai sekarang.
“Gwenchanayo chagi. Kau baru datang?”
“Nde, noona pulanglah dulu istirahatlah di rumah. Aku akan menjaga ajjuma. Jadi noona tidak perlu khawatir.”
“Baiklah aku akan pulang untuk berganti banju sebentar. Tolong kabari aku jika terjadi sesuatu Kyunie-ah” pinta noona dengan lemah.
Aku sangat mengkhawatirkan noonaku satu-satunya ini. Wajahnya benar-benar terlihat tidak baik. Selama dua minggu ini tak pernah sekalipun noona absen menunggui oemmanya. Dengan setia mengajaknya berbicara, membacakan buku cerita bahkan mengajak ajjuma bercanda meskipun ajjuma tidak meresponnya sama sekali.
Kegiatan merawat ajjuma membuat Chan Ri noona meninggalkan beberapa pekerjaannya di MR Entertainment dan juga project album pribadinya. Perlahan tapi pasti noona juga akan berpisah dengan Leeteuk hyung, dan itu akan terjadi dua minggu lagi. Leeteuk hyung akan pergi menjalankan kewajiban militernya selama dua tahun. Entah bagaimana hubungan mereka ke depannya. Padahal mereka adalah pasangan yang serasi di mataku, tapi terlalu dini untuk memprediksi apa yang akan terjadi dua tahun yang akan datang.
Park Sung Chan dia juga... hmm, chakaman. Kenapa aku tiba-tiba malah memikirkannya? Dia terlalu sering mengunjungi ajjuma akhir-akhir ini. Apakah hubungannya dengan ajjuma juga sangat dekat? Ah molla, mengapa saat tidak ada dia berkeliaran di dekatku terasa sangat sepi. Entah sejak kapan, perlahan tapi pasti, aku tidak larut lagi dalam penyesalanku terhadap hubungan Donghae hyung dan Ahn Ra Ra noona. Karena Ahn Ra Ra noona bahagia dan terlihat bersinar hanya saat bersama Donghae hyung dan mereka pasangan yang cukup unik. Aku tidak yakin jika berada di sisi Ahn Ra Ra noona aku bisa menjadi seseorang yang bisa membuatnya bersinar seperti Donghae hyung.
Tapi tidak mungkin ini karena yoeja tengil itu. Kelakuannya sangat mirip dengan Chan Ri noona. Sangat usil, tak bisa diam dan suka mengerjai. Tapi mereka mempunyai perbedaan yang sangat jauh. Sung Chan terlalu kekanakan dan manja. Mengapa aku sangat merindukannya akhir-akhir ini. Apakah mungkin aku mulai....aahh tidak..tidak.., aku pasti sedang berkhayal saja.
“Bruuukkkk” terdengar suara seseoraang terjatuh yang membuyarkan lamunanku. Kulihat di ambang pintu Chan Ri noona sudah terkapar tak sadarkan diri. Dasar Kyuhyun babo, sempat-sempatnya aku tidak memperhatikan noona yang sudah terlihat sangat lemah, malah berkhayal yang tidak-tidak tentang yoeja manja itu.
“Noona, gwenchana...noona...irona..!! Dokter, adakah yang bisa membantuku di sini?” aku berusaha berteriak meminta bantuan dokter atau suster yang kebetulan sedang melintas.
*****
~ Park Jung Soo POV
Kulihat dokter keluar dari kamar periksa tempat Chan Ri dirawat. Ahn Ra Ra segera berlari mendekati sang dokter dan menanyakan tentang keadaan Chan Ri. Aku hanya bisa terdiam di tempatku berdiri tanpa bisa menanyakan apa pun. Bukan karena aku tidak khawatir, tapi justru aku sangat takut. Takut jika sesuatu yang buruk terjadi padanya. Dia adalah hidupku sekarang dan aku tidak ingin terjadi sesuatu yang bisa merenggutnya dariku.
Sekilas Ahn Ra Ra memandangku dan tersenyum setelah berbicara dengan dokter. Berjalan mendekatiku diikuti Donghae yang sekarang selalu mengekornya. Pasangan itu sangat membuatku iri.
“Oppa, jangan khawatir. Ounni hanya kelelahan saja. Nutrisi dalam tubuhnya sangat kurang dan tidak mendukung aktifitasnya, hanya terlalu lelah. Oppa wajahmu terlihat sangat buruk juga.” Ucap Ra Ra padaku.
“Syukurlah”, dengusku lega dengan penjelasan Ra Ra. Kutundukkan kepalaku lesu tapi sudah tidak setegang sebelumnya.
“Hyung, bagaimana dengan WGM-mu? Kudengar Kang So Ra mau memutuskan kontrak dan mengundurkan diri sebelumnya.? Aduh....aissshh, chagi kenapa kau memukulku?” Donghae terlihat menahan sakit dari pukulan Ra Ra.
“Aiiggooo, kau ini tuan ikan, bisakah kau melihat situasi? Oppa sedang lelah dan bersedih kau malah menanyakan masalah itu!” Ra Ra mengingatkan Donghae.
“Gwenchana Ra Ra-ah, aku baik-baik saja. Masalah itu sudah ditangani Lee Soo Man ajjushi. Dia sudah mengatur semuanya sehingga itu tidak akan merugikanku atau pihak SM Entertainmet. Lagi pula, Kang So Ra yang memutuskan untuk mundur jadi dia yang menanggung resikonya sendiri. Hanya tinggal satu episode terakhir syuting yang harus aku lakukan, sebelum 2 minggu lagi persiapanku masuk militer.” Ucapku lirih sambil beranjak dari tempat dudukku.
Kulangkahkan kakiku masuk ke ruang rawat tempat Chan Ri berada diikuti Ra Ra dan Donghae di belakangku. Kulihat hatiku ada di sana terbaring sudah sadar dan tersenyum pada kami.
“Gwenhana?” tanyaku lembut padanya sambil menggenggam jemarinya erat dan kucium lembut punggung tanggannya.
“Jung Soo-sshi, gwenchana?” alih-alih menjawab pertanyaanku, wajahnya terlihat khawatir saat melihatku dan Chan Ri justru balik bertanya tentang keadaanku. Dia mencoba bangkit dari tempatnya berbaring, namun kutahan.
“Ssstt...jangan bangun dulu, kau masih lelah chagi. Jangan khawatirkan aku, jika kau baik-baik saja maka aku akan baik-baik saja.” Ucapku lirih.
“Ommo, hyung ckckck, pemandangan yang sangat membuatku iri.” Donghae berdecak di belakangku.
“Benar oppa dan ounnie kalian ini sudah sana menikah saja cepat” goda Ra Ra menambah kikuk suasana.
“Aigoo, kalian ini juga pasangan yang sangat suka meledek orang lain. Kalian lebih pantas menikah dulu, dasar kalian tukang usil” kekeh Chan Ri kemudian menimpali Ra Ra dan Donghae, dan kami pun tertawa mencairkan suasana.
Terlihat rona memerah di kedua pipi wanita pujaanku, pertanda dia sudah lebih baik sekarang.
“Sebaiknya kau antarkan ounni pulang saja oppa. Ounni butuh istirahat. Dokter tadi sudah memperbolehkannya pulang.” Ra Ra mencoba memberikan masukan agar aku mengantarkan Chan Ri pulang.
“Tapi jika hanya di rumah sendiri aku tidak akan merasa nyaman. Akhir-akhir ini aku selalu berada di samping oemma. Aku tidak ingin kehilangan satu detik pun waktuku jauh darinya lagi.” Ucap Chan Ri lirih.
“Ah oppa, bagaimana jika sekaligus oppa yang menemani ounnie saja. Setelah SS4 Seoul minggu lalu bukankah kalian di beri waktu libur. Dan sudah kupastikan oppa tidak ada jadwal untuk dua hari ke depan.” Ra Ra menjelaskan dengan disertai senyuman menggoda lagi.
“Sudahlah kami tahu kalian sangat jarang menghabiskan waktu bersama akhir-akhir ini karena masalah dan kesibukan kalian masing-masing. Jadi oppa, jangan melewatkan kesempatan yang ada. Arra?” Ahn Ra Ra melotot ke arahku sambil mengerak-gerakkan bola matanya seperti memberi kode agar aku setuju dengan apa yang diucapkannya.
“Benar sekali hyung, kau pasti sangat rindu pada noona benar kan, atau kalau hyung tidak mau menemani noona biar aku saja bagaimana? Ya noona, mau kan aku temani?” Donghae dengan sangat percaya diri mengajukan dirinya untuk menemani Chan Ri.
“Yakh...kau Lee Donghae!! Apakah kau mau cari mati?” Ra Ra berteriak memekakkan telinga, membuat Donghae seketika menutup kedua telinganya.
“Kau boleh saja menemani Chan Ri-ku Donghae-ah” ucapku pelan pada Donghae.
“Mwo ... oppa kau?” jerit Ra Ra tercekat heran.
“Hahahaha...wajahmu sangat menakutkan Ra Ra-ah. Boleh saja, asal kau langkahi dulu mayatku huh.” Jawabku berpura-pura sedikit ketus untuk membalas menggoda pasangan aneh di depanku itu.
“Baiklah Tuan Putri kesayanganku, mari kita pulang. Aku tidak sabar untuk hanya berdua saja denganmu. Mari kita tinggalkan kedua orang ini dan bersenang-senang saja berdua” kucapkan kata-kata itu dengan tegas sambil melirik ke arah Ra Ra dan Donghae.
Chan Ri terlihat terkekeh geli namun senyumannya menggambarkan perasaan malu mendengar ucapanku tadi.
“Hyung mau kutemani ke rumah noona tidak?” bisik Donghae saat aku lewat di depannya.
“Awas kalau kau berani menggangu mereka. Ini...kau akan menerima ini” Ra Ra berkata dengan ekspresi yang sangat absurd dan membuat tanda isyarat dengan tangannya seolah memotong lehernya sendiri sambil menjulurkan lidah.
“Tunguuuuuuu!!” terdengar suara yang sangat kukenali dari arah luar kamar rawat yang hampir kami tinggalkan. Terlihat Kyuhyun dengan nafas tersengal dan tidak beraturan seperti baru saja mengikuti lomba lari maraton, datang tergesa-gesa.
“Noona, gwenhana. Apakah benar kalau....” kata-kata Kyuhyun terhenti saat matanya memandang Chan Ri dengan ekspresi yang tak bisa ku baca.
“Ah..hmm..jadi kau... hanya... kelelahan saja kata dokter tadi.” Lanjut Kyuhyun sedikit terbata.
“Nde, chagi. Jangan khawatir. Aku baik-baik saja.” Ucap Chan Ri menjawab pertanyaan Khyuhyun.
“Chakaman, kau bilang apa barusan? Chagi? Kau memanggil Kyuhyun dengan sebutan chagi?” tanyaku heran pada Chan Ri.
“Mianhe Jung Soo-sshi. Aku terbiasa memanggilnya seperti itu sejak kami kecil.” Jawab Chan Ri sambil tersenyum malu.
“Yaaakkhh, kau noona, aissh...sudah ku bilang hentikan memanggilku chagi terus. Aku bukan anak kecil lagi” teriak Kyuhyun pada Chan Ri yang malah tersenyum evil.
“Hyung, ...jangan bilang kalau kau cemburu padaku? Hahahaha...benar kau pasti cemburu karena noona tidak pernah memanggilmu chagi, benar kan?” ejek Kyuhyun padaku sambil tersenyum evil kesukaannya. Saat tersenyum seperti itu mereka, kakak beradik Cho ini terlihat sangat mirip. Pantas saja Ra Ra dan Donghae menjuluki mereka Prince and Princess Evil.
“Haishh, untuk apa aku cemburu pada laki-laki yang bahkan tidak punya yoejachingu huh?” balasku pada Kyuhyun yang langsung terdiam dengan ekspresi aneh sambil mengerucutkan bibirnya. Donghae dan Ahn Ra Ra ikut tertawa sambil menahan perut mereka.
“Yakh hyung, kau tidak tahu aku sudah punya yoejachingu?” teriak Kyuhyun masih tak mau kalah.
“Ah benar bukankah Kyuhyun sudah berkencan dengan Park Sung Chan sewaktu di taman hiburan waktu itu kan?” Ra Ra menyeletuk membuat Chan Ri terkikik.
“Tentu saja aku dengan Park Sung Chan benar-benar pacaran. Kau kira kencan itu hanya bohongan” ucap Kyuhyun berusaha membela dirinya yang terpojokkan oleh gurauan kami semua.
“Ah jadi Park Sung Chan, baiklah aku akan mengkonfirmasi sendiri padanya. Mumpung orangnya sudah ada di sini” ucap Donghae sambil mengarahkan pandangan di belakang Kyuhyun.
Park Sung Chan yang sebenarnya sudah beberapa saat berdiri di sana terlihat kaget dan tidak jadi mengatakan sesuatu saat Kyuhyun menoleh padanya. Wajahnya merah padam dan terlihat salah tingkah.
“Hey sejak kapan kau berdiri di situ.” Teriak Kyuhyun padanya dengan perasaan kaget bercampur malu.
“Anyyeong semuanya, aku ingin menjenguk ajjuma, tapi kudengar ounnie juga sakit makanya aku ke sini mencari ounni. Tapi sepertinya aku salah waktu. Choesonghamnida” ucapnya lalu kemudian beranjak pergi.
“Chagi, kau ini bodoh sekali. Cepat sana kejar kekasihmu.” desak Chan Ri pada Kyuhyun. Kyuhyun masih mematung dengan keadaan yang membuatnya bingung.
“Tapi dia sebenarnya buk.....” desis Kyuhyun sambil kemudian mengacak-acak rambutnya sendiri frustasi dan akhirnya memutuskan berlari ke luar mengejar Park Sung Chan.
Sepeninggalan Kyuhyun kami semua tertawa riuh. Chan Ri terlihat sangat bahagia melihat Kyuhyun mengejar Park Sung Chan.
“Apakah kau tahu sesuatu chagi?” tanyaku menyelidik.
“Kurasa Kyuhyun menyukai gadis itu, Park Sung Chan. Hanya saja, dia belum memantabkan hatinya.” Jawabnya sambil tersenyum manis.
“Kajja, kita pulang sekarang?” ajakku pada Chan Ri sambil menggenggam tangannya dan memapahnya pelan.
“Hyung, lakukanlah dengan aman. Arrasseo?” teriak Donghae di belakangku.
“Kau pikir apa yang akan ku lakukan?! Dasar otak mesum!!” teriakku menyahutinya. Kudengar kekehan geli di belakangku, tentu saja suara Hae-Ra couple.
*****
Kami duduk bersebelahan di atas tempat tidur miliknya. Kubawakan segelas susu hangat dan bubur buatanku untuk menghangatkan tubuhnya. Sambil menemaninya yang sedang memakan buburnya dengan lahap, ku nikmati sedikit jus strawberry buatanku sendiri.
“Jadi, apakah kau benar-benar cemburu pada Kyuhyun?” pertanyaannya membuatku hampir tersedak jus strawberry yang sedang kusesap. Dia tersenyum manis di depanku menampakkan deratan gigi rapi putihnya dan terlihat sudah jauh lebih baik dari saat dia di rumah sakit.
“Wae, kenapa sekarang kau menanyakan hal itu juga? Aku sudah menjawabnya tadi saat di rumah sakit.” Jawabku dengan sedikit acuh. Aku hanya takut, Chan Ri tahu jika aku memang cemburu pada panggilan sayangnya kepada adiknya. Hal ini akan membuatku terlihat kekanakan dan sangat memalukan di hadapan Chan Ri.
“Chagi-ya, saranghae” ucapnya lembut kepadaku dengan memandang lekat tepat di kedua mataku. Hampir saja gelas yang sedang kupegang terlepas dan terjatuh karena mendengar kata-kata indahnya. Namun entah mengapa aku hanya bisa terdiam.
“Apa sekarang kau akan memanggilku dengan cara seperti itu sampai seterusnya?” pertanyaan itu meluncur begitu saja dari mulutku memecah keheningan yang tadi menjadi jeda.
“Mianhe, mungkin tidak.” Jawabnya pelan.
“Mwo? Kenapa? Bukankah kita saling mencintai? Apakah itu hal yang sulit kau lakukan?”
“Jung Soo-sshi, bagiku namamu jauh lebih indah melebihi nama panggilan apa pun di dunia ini. Seperti genta, setiap kali kusebutkan namamu, hatiku akan bergetar seakan ada yang membunyikan genta itu dan bergema ke seluruh tubuhku. Itulah pengibaratan namamu. Seperti nama panggungmu, yang memiliki arti tersendiri dan sangat special. You are my special one, that’s why I love your name the the way it is, because I love the way you are.” Saat mengatakan semua kalimat itu, wajahnya tak sekalipun perpaling dari ku dan tatapan matanya tak pernah menggeserkan arah pandangannya ke arah selain manik mataku dan membuat hatiku bergetar untuk kesekian.
“Chan Ri-ah, sarangheyo” sesaat setelah mengucapkan kalimat itu, naluri menuntunku untuk mendekatkan tubuhku padanya. Tanpa sadar bibir kami telah bersentuhan. Chan Ri menerima ciuman itu dengan lembut dan membalasnya. Bibirnya terasa begitu manis, membuatku tak ingin melepaskannya dan menginginkan lebih. Tapi beberapa detik berlalu, dengan sengaja dan tiba-tiba Chan Ri mendorong tubuhku sedikit menjauh dan menahanku untuk terus menikmati kelembutan bibirnya.
“Jung Soo-sshi hmmm...” ucapnya pelan sambil menggelengkan kepalanya. Kilatan kejadiaan beberapa minggu sebelumnya membuatku tersenyum malu.
“Mianhe, saat berada dekat denganmu dan saat kita hanya berdua, kuakui terkadang aku sangat sulit untuk mengendalikan diri. Tapi aku tidak akan melakukannya lagi sebelum kita menikah. Dan aku juga tidak akan memaksamu.” desisku malu mengakui kelemahanku di depannya.
“Uhm..gwenchana. apakah persiapan wamilmu sudah benar-benar siap?” tanyanya kemudian membuat dadaku tiba-tiba terasa sesak. Ingatan tentang harus berpisah dengannya meskipun hanya sementara hampir membuatku gila. Apakah aku akan sanggup nantinya menjalani hari-hariku tanpa melihat dia.
“Wae? Apakah pertanyaanku membuatmu marah?” sambungnya dengan wajah menyesal.
“Ah anni, semuanya sudah siap.” jawabku berusaha menutupi perasaanku yang sebenarnya. Sesungguhnya hatikulah yang belum benar-benar siap.
“Maukah malam ini kau menginap? Aku akan kembali ke rumah sakit besok pagi. Tapi malam ini aku hanya sedang tidak ingin sendiri” wajahnya terlihat sangat rapuh saat mengucapkan permintaanya padaku.
“Baiklah aku akan menemanimu. Jika kau membutuhkan sesuatu aku akan ada di bawah, atau jika kau mau aku akan tidur di sofa di kamar ini?”
“Jung Soo-sshi kau tidur saja di kamar tamu, aku tidak ingin punggungmu sakit karena tidur di sofa. Selama aku tahu kau ada di rumah ini hatiku sudah tenang. Gumawo” bisiknya lembut penuh ketulusan.
“Nde, jaljayo chagi-ya” kukecup keningnya singkat dan meninggalkannya menuju kamar tamu.
*****
~ Author POV
“Mianhe Eun Hye-ah, appa tidak bisa menjengukmu kemarin. Pesawat appa dari New York sedikit terlambat. Appa sedang berusaha menemui dokter untuk membahas pemindahan oemmamu” Tuan Cho Daihan membelai rambut putrinya yang masih duduk di atas tempat tidurnya.
“Gwenchan appa, kata dokter aku hanya kelelahan. Appa mendengarnya sendiri bukan? Oemma akan dipindahkan ke Amerika?” desis Chan Ri dengan ekpresi terkejut mendengar keputusan ayahnya.
“Appa akan membawa oemmamu ke Amerika. Dokter-dokter di sumah sakit Seoul mengalami kesulitan dengan keadaan oemmamu. Semua organ vitalnya stabil, tapi kesadarannya tak kunjung kembali pasca operasi. Ayah mulai khawatir. Dokter Jung merekomendasikan pada ayah untuk bertemu salah satu koleganya di Amerika. Semoga oemma mu bisa secepatnya bangun dari tidur panjangnya dan kembali sehat Eun Hye-ah” Tuan Cho menjelaskan rencananya pada putrinya pagi itu. Tampak mereka sedang berbincang di kamar Chan Ri.
“Appa ijinkan aku ikut menemani oemma?” pinta Chan Ri kepada ayahnya.
“Kau harus tinggal di Korea, biarkan appa yang ke sana, dan kau gantikan appa mengurus semuanya di Korea. Appa akan pensiun lebih cepat, dan semuanya akan appa serahkan padamu dan Kyuhyun. Appa berjanji akan selalu mengabarimu tentang keadaan oemmamu.”
“Tapi appa, aku...” kalimat Chan Ri terpotong saat terdengar suara seorang namja yang terdengar dari arah luar kamarnya.
“Chagi-ya, kubawakan sandwich isi tuna untukmu...” terlihat Leeteuk muncul di ambang pintu membawa nampan berisi sandwich dan segelas susu segar. Leeteuk berhenti seketika saat melihat Tuan Cho Daihan ada di sana dan dengan hati-hati diletakkannya nampan yang dibawanya di atas meja di samping tempat tidur Park Chan Ri dan membungkukkan badannya di depan Tuan Cho Daihan untuk memberikan hormat.
“Kau... bocah tengik apa yang kau lakukan di sini dengan piyama mu itu?” teriak Tuan Cho sambil menunjuk piyama yang dipakai Leeteuk.
“Appa, jangan begitu, Jung Soo-sshi tamuku. Dia yang merawatku sejak kemarin saat aku pingsan. Seharusnya appa berterima kasih padanya.
“Tapi itu artinya dia menginap di sini kan? Berani-beraninya kau mendekati putri kesayanganku” lanjut Tuan Cho sambil menunjuk-nunjukkan jarinya ke arah Leeteuk yang kebingungan dengan situasi di pagi yang tidak pernah diduganya bahwa ia akan bertemu dengan tuan Cho Daihan.
“Choesonghamnida, saya hanya membuatkan sarapan untuk Chan Ri saja dan menemaninya di rumah. Ah saya tidur di kamar tamu Tuan Cho jangan khawatir” ucap Leeteuk sedikit terbata dan kemudian menelan ludahnya sendiri karena terlalu gugup.
“Chan Ri?? Namanya Cho Eun Hye, dia putriku dan namanya bermarga Cho arraseo??”
“Ah baiklah Tuan Cho saya mengerti” jawab Leeteuk semakin gugup.
Tampak Chan Ri memandang kedua namja yang disayanginya itu dengan pandangan geli namun bahagia.
“Appa jangan kau terkam dia, arra?” ancam Chan Ri pada ayahnya.
“Haissshhh.. kau ini, appamu bukan sejenis harimau, kenapa appa akan menerkam dia. Kau bocah tengik, kemari kau aku ingin bicara padamu empat mata. Ini pembicaraan antar laki-laki, ayo ke sini ikuti aku!” perintah Tuan Cho pada Leeteuk yang menatap pilu ke arah Chan Ri seolah meminta pertolongan.
Chan Ri melambaikan tangannya seperti isyarat perpisahan pada Leeteuk yang akan menjalani sebuah hukuman sambil tersenyum lebar setengah terkekeh.
*****
~ Park Chan Ri POV
“Jadi pembicaraan antar laki-laki seperti apa yang dilakukan appa denganmu Jung Soo-sshi?” tanyaku kemudian saat melihatnya kembali ke kamarku dengan lesu tapi terbersit kelegaan di wajahnya yang sehalus porselen.
“Hemmm, bisakah kita tidak membahasnya? Aku sangat malu untuk bercerita padamu” Jung Soo menghempaskan tubuhnya yang masih berbalut piayama ke atas tempat tidurku dengan lesu. Kemudian dikerucutkannya bibirnya yang tipis dan mulai menggembungkan pipinya. Hal yang selalu dilakukannya ketika gugup atau merasakan keresahan, itulah yang sering kuperhatikan dari mimik wajahnya selama ini.
“Ayahmu mengancamku kalau aku menyakitimu dia akan akan mencincangku hidup-hidup dan akan mengejarku sampai ke ujung dunia. Bukankah itu terlalu berlebihan.” Bisiknya lirih menjawab pertanyaanku.
“Tentu saja harus begitu, aku adalah putrinya yang sangat berharga tentu dia akan melakukannya.” Kekehku menimpali ucapannya.
“Setelah kupikir-pikir ayahmu juga Kyuhyun membuatku tertekan dengan ancaman mereka. Apakah tidak sebaiknya kita lari saja dan menikah diam-diam?” dengusnya kesal dengan nada bercanda, kali ini terlihat lebih santai dengan memiringkan tubuhnya menghadapku.
“Yakhh...Jung Soo-sshi seharusnya kau bersyukur appa tidak memaksa kita menikah sekarang, jika dia tahu apa yang kau lakukan padaku malam itu” ucapku pura-pura geram menanggapi ide konyolnya.
“Aigooo, kau sekarang mau menimpakan semua kesalahan padaku? Bukankah kau juga terbawa suasana malam itu dan tidak mau melepaskan pelukanmu dariku? Bagaimana apakah sudah ingat sekarang?” balasnya sambil tersenyum nakal berusaha menggodaku. Wajahku tiba-tiba terasa hangat dan kupastikan dia melihat rona merah di wajahku karena malu.
“Yaa, gemanhe. Kau ternyata tidak benar-benar mabuk dan memanfaatkaku kan?” tuduhku geram.
“Hehehehehe...aku hanya bercanda my sweetheart. Bagaimanapun juga aku tidak akan pernah melupakannya. Karena meskipun dalam keadaan mabuk, aku bahagia karena aku bersamamu” kata-katanya berubah lembut dan matanya lekat menatap tepat di kedua retina mataku.
Tubuhnya perlahan tapi pasti mendekat ke arahku dan wajahnya kini hanya tianggal berjarak beberapa centi lagi dari wajahku. Jantungku berdetak semakin cepat, berpacu dengan aliran darahku, membuatku gugup ketika nafasnya yang wangi menyapu wajahku. Refleks kupejamkan mataku dan menunggu apa yang akan terjadi.
“Nona Eun Hye kekasihku, bagaimana kalau kita melakukannya lagi?” bisiknya lembut di depan wajahku.
“PARK JUNG SOO!!!!” kudorong tubuhnya menjauh, membuatnya jatuh terguling dari atas tempat tidur.
“Yaaaa... chagi-ya, kau sangat sadis. Aku kan hanya bercanda dan berusaha menggodamu. Ternyata kau sangat galak” dengusnya kesal sambil menggosok-gosok pantatnya yang mungkin kesakitan karena posisi jatuhnya tadi.
“Mianhe, siapa suruh kau bersikap menyebalkan. Itu karena refleksku yang terlalu baik” desisku membela diri. Kulihat dia tersenyum padaku dan dengan gerakan yang sangat cepat menempelkan bibirnya ke bibirku, melumatnya lembut lalu melepasnya dengan segera.
“Itu hukumanmu karena sudah mendorongku jatuh ke lantai” ucapnya sambil tersenyum menggoda.
*****

~ Author POV
Kyuhyun duduk bersandar pada sebuah bangku di sudut taman. Terlihat tangannya sedang asik memainkan sebuah benda yang tak pernah lepas darinya, PSP. Dengan wajah yang sangat serius Kyuhyun menggerakkan tanggannya dan memencet berbagai macam tombol dengan cepat. Disampingnya terlihat seorang yoeja yang tampak kesal dan memandangi Kyunyun dengan pandangan tak percaya.
“Jadi kau menyuruhku datang hanya untuk menungguimu memainkan benda menyebalkan itu? Ah lebih baik aku pergi saja.” Dengus Park Sung Chan kesal.
Park Sung Chan sedikit tersentak saat dirasakannya sebuah tangan yang kuat menariknya untuk duduk kembali sesaat sebelum dia sempat benar-benar pergi meninggalkan Kyuhyun. Park Sung Chan menolehkan kepalanya, tapi dilihatnya tangan Kyuhyun yang lain masih asik menekan tombol-tombol PSP dan tanpa menatap Park Sung Chan sama sekali.
“YAAAA, CHO KYUHYUN berhentilah mempermainkanku” teriaknya pada Kyuhyun membuat Kyuhyun seketika menutup telinganya dengan kedua tanggannya.
“Hey, bersabarlah sebentar lagi aku menang, gara-gara kau aku jadi kehilangan new high score ku.” Timpal Kyuhyun yang juga ikut kesal karena gagal menyelesaikan permainannya.
“Sebenarnya apa maksudmu melakukan semua ini Kyuhyun-sshi. Kemarin kau mengejarku dan mengucapkan kata-kata yang membuatku bingung dan tak bisa tidur di malam harinya. Sekarang kau mengacuhkanku? Aku jadi berpikir kau tidak sungguh-sungguh menyukaiku” lanjut Park Sung Chan masih sedikit histeris.
“Mwo?? Aku tidak pernah bilang aku menyukaimu kemarin” elak Kyuhyun mendengar kata-kata Park Sung Chan karena malu.
“Jadi apa arti kata-katamu saat kau bilang ‘Ya yoeja manja, jangan coba-coba lagi lari dariku, atau aku akan menghukummu dan memaksamu untuk tinggal di sisiku selamanya’ apakah itu hanya kata-kata gurauan karena kau terlanjur mengejarku keluar di hadapan banyak orang yang mendesakmu di rumah sakit? Aku tahu kau hanya ingin menunjukkan pada Ra Ra ounnie kalau kau sudah tidak terluka dengan hubungannya dan Donghae oppa. Iya kan, sama seperti waktu lalu di taman hiburan, kau berpura-pura dan berbohong pada ounnie kalau kau sedang berkencan denganku. Benar-benar tidak bisa dipercaya.”
“Ya, dari mana kau tahu Ra Ra noona dan Donghae hyung berpacaran?”
“Pertanyaan macam apa itu? Apakah kau bodoh, siapa pun yang melihat mereka akan segera tahu. Sudah, jika tidak ada hal penting yang akan kau bicarakan aku mau kembali ke kantor. Jam makan siangku juga sudah hampir habis. Aku bahkan tidak sempat makan gara-gara menunggumu memainkan benda bodoh kekanakanmu itu”
“Chakaman” Kyuhyun kembali menggenggam pergelangan tangan Park Sung Chan. Kali ini lebih erat sambil berdiri mengimbangi Park Sung Chan yang hampir pergi lagi.
Keduanya saling bertatapan beberapa saat dengan tangan Kyuhyun yang masih memegang lengan Park Sung Chan.
“Bisa tidak kau tidak segalak ini padaku? Aku masih belum selesai denganmu” tanya Kyuhyun dengan kata-kata yang terdengar lebih lembut namun dengan tatapan yang sangat tajam. Tatapan yang berhasil membuat jantung Park Sung Chan berdegup tak beraturan.
“Mwo? Galak katamu, coba bagaimana jika kau jadi aku dan harus mendengar semua kata-katamu yang tidak jelas juga dengan tingkahmu yang sama tidak jelasnya apakah kau pikir aku akan....” belum sempat Park Sung Chan menyelesaikan kalimatnya, bibirnya yang mungil tak bisa lagi mengeluarkan suara karena terhalangi sepasang bibir Kyuhyun yang lembut telah menyentuh bibirnya, membungkamnya dengan sebuah ciuman hangat.
Park Sung Chan hanya mematung tanpa bisa menolak bibir Kyuhyun. Satu detik, dua detik, tida detik, sampai sepuluh detik akhirnya Kyuhyun melapaskan bibirnya dari Park Sung Chan.
“Apakah kau sudah mengerti sekarang? Apakah perlu aku jelaskan dengan detail arti dari ucapanku kemarin?” ucapan Kyuhyun sambil memamerkan senyuman evil khasnya. Tapi tak terdengar jawaban apa pun dari mulut Park Sung Chan. Dia hanya terpaku masih mentap Kyuhyun tak percaya dan menyentuh bibirnya dengan jari-jarinya.
“YAAAKKHHH CHO KYUHYUN beraninya kau mencuri ciuman pertamaku!!” teriak Park Sung Chan mengagetkan Kyuhyun.
“Seharusnya kau berterima kasih padaku karena aku sudah mau menciummu” pekik Kyuhyun membela diri karena kaget dengan reaksi Park Sung Chan yang diluar perkiraannya.
“Terima ini huh, hukumanmu karena mencuri ciumanku” dengus Park Sung Chan sambil menendang tulang kering kaki Kyuhyun dan membuatnya jingkrak-jingkrak kesakitan, kemudian meninggalkan Kyuhyun begitu saja.
“Ya yoeja manja, kemari kau!!! Haissshh... ini benar-benar sakit sekali” desis Kyuhyun menahan sakit.
Terlihat Park Sung Chan tersenyum saat membalikkan tubuhnya menjauh dari Kyuhyun. Terbersit rona bahagia di wajahnya masih sambil memegangi bibirnya yang mungil.
*****
Setelah seminggu melakukan persiapan keberangkatan oemma Park Chan Ri ke Amerika, Tuan Cho Daihan didampingi suami sah Donna Puspa ajjuma pun akhirnya berangkat ke Amerika. Di hari keberangkatan, Park Chan Ri, Leeteuk, Kyuhyun, Donghae, Ahn Ra Ra dan juga Park Sung Chan serta dua orang putra Donna ajjuma ikut mengantarkan keberangkatan ajjuma di bandara melalui pintu khusus. Park Chan Ri tidak henti-hentinya berpesan pada appanya untuk segera menguhubunginya sesampainya di Amerika.
“Appa jangan pernah lupa menghubungiku setiap hari nde? Jangan pernah lupa sehari pun”
“Iya aku mengerti, Eun Hye-ah jangan terlalu khawatir. Kau jaga kesehatanmu dan jangan sampai kelelahan lagi. Arra? Aku akan selalu mengecek keadaanmu dan Kyuhyun setiap hari, jadi jangan abaikan telpon dariku. Hammer ajjushi bekerja kembali pada appa dan aku memintanya menjagamu. Terutama dari bocah tengik itu.” Ucap Tuan Cho sambil menggerakkan matanya mengisyaratkan menunjuk seseorang di belakang Park Chan Ri yang ternyata adalah Leeteuk a.k.a Park Jung Soo. Leeteuk yang merasa dirinya disindir hanya bisa tersenyum dan mebungkukkan badannya.
“Appa, aku kan sudah dewasa mengapa harus begini lagi sih?” protes Park Chan Ri pada appanya.
“Ijinkan saya menjaga putri anda Tuan Cho” celetuk Leeteuk sejurus kemudian yang disambut kikikan pelan dari Kyuhyun dan berdiri di sampingnya. Suara kikikan Khyuhyun menghasilkan sebuah pukulan telak yang mendarat di keningnya yang berhasil dilayangkan Park Chan Ri pada namdongsaengnya itu.
“Hormati jika ada orang lebih tua sedang berbicara” sindir Park Chan Ri pada Kyuhyun.
“Noona, itu tadi sakit sekali. Kau mau membunuhku?” Kyuhyun melenguh kesal.
“Sudah-sudah kalian ini, kalau begitu kami berangkat dulu” ucap Tuan Cho berpamitan kepada semua yang ikut mengantar. Park Chan Ri mencium kening oemmanya sebelum tempat tidur bertroli yang membawa oemmanya itu di bawa pergi.
“Oemma, cepatlah sembuh” bisiknya di telingan sang ibu.
*****
~Park Chan Ri POV
Seminggu sudah berlalu sejak kepergian appa ke Amerika. Operasi yang dijalani oemma untuk kedua kalinya membuahkan hasil. Oemma sudah sadar, namun belum bisa berkomunikasi dengan baik. Oemma masih membutuhkan waktu untuk melakukan terapi agar bisa mengingat dan beraktifitas dengan normal. Dari hasil pemeriksaan dokter ingatan oemma tidak benar-benar hilang semua. Artinya, masih ada harapan oemma akan mengingat tentang aku.
Satu kabar bahagia datang namun harus diikuti kabar sedih. Esok adalah hari keberangkatan Jong Soo-sshi dan Jong Woon-sshi untuk melaksanakan kewajiban militernya. Mulai besok Jung Soo-sshi dan Jong Woon-sshi akan tinggal di camp militer. Ada hal yang harus kuputuskan demi masa depan kami dan ini sangat berat.
Sejak dokter memberitahukan apa yang terjadi padaku setelah aku pingsan beberapa minggu yang lalu, membuatku harus mengambil keputusan ini. Aku tidak ingin Jung Soo-sshi mengubah keputusannya dan menunda untuk masuk militer karena terbebani olehku. Lagi pula jika dia tahu dan publik tahu tentangku, maka karirnya akan berakhir setelah selesai wajib militer nanti, dan itu bukanlah hal yang kuinginkan. Aku hanya tidak tahu bagaimana cara menjelaskan pada Jung Soo-sshi, karena aku tidak mungkin menyampaikan yang sebenarnya. Dia harus memiliki citra yang baik di mata publik sebagai seorang leader Super Junior, dan aku akan menjaga citra itu sesuai dengan kepribadiannya yang sebenarnya.
*****
Kulihat namja yang sangat kucintai, Park Jung Soo berdiri di ambang pintu gerbang rumahku bersama Jong Woon-sshi. Jung Soo-sshi melangkah ke dalam halaman dan menuju ke arahku dengan tangan terlipat di belakang. Sesaat aku tersenyum padanya dan mengingat sedikit hal ketika pada awalnya aku selalu memanggilnya dengan nama Leeteuk-sshi. Tapi, aku mengenalnya lebih baik sebagai Park Jung Soo dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Mungkin inilah saatnya, aku harus berpisah dengannya untuk waktu yang lama. Dua tahun bukanlah waktu yang singkat, saat dia harus pergi menjalankan wajib militernya bersama Jong Woon-sshi.
“Hyung, aku pergi dulu. Nanti selesai berbelanja aku akan menjemputmu. Nikmatilah waktu kalian.” teriak Jong Woon dari kejauhan, melambaikan tangannya sambil tersenyum ramah padaku.
“Jadi apa yang akan kita lakukan malam ini?” Jung Soo mengerlingkan sebelah matanya padaku.
“Hei, sejak kapan kau mulai seperti Donghae dan Eunhyuk? Hmm...aku hanya ingin berjalan-jalan ke bukit belakang rumah. Apakah kau mau menemaniku?”
“Apakah kau membuat sebuah kejutan untukku?” pertanyaan penasaran keluar dari bibirnya.
Tanpa menghiraukan pertanyaan-pertanyaannya, kuraih tangannya dan menuntunya ke halaman belakang. Dari halaman belakang terlihat bukit kecil di belakang rumah. Rumahku memang tidak besar, tapi aku suka halaman dengan taman dan terhubung langsung dengan alam.
“Wine? Kau, ingin mengingatkanku tentang malam itu? Hehehehe..” Kekehnya geli saat melihat sebuah tikar dengan sebotol wine dan sepasang gelas bersih yang sudah tertata rapi bersama hiasan buket bunga dalam keranjang serta beberapa makanan ringan yang kusiapkan di atasnya.
“Jung Soo-sshi, kau tahu ini tempat favoritku jika aku kehilangan inspirasi saat menulis lagu dan musikku. Di sini aku bisa memandang bintang tanpa tergangu gemerlap lampu-lampu gedung dan bisingnya suasana kota Seoul di malam hari. Ketika untuk pertama kalinya aku menyadari bahwa aku benar-benar menyukaimu bukan sebagi fans, di sinilah tempatnya. Aku selalu ingin mengajakmu ke sini dan memperlihatkan pemandangan bintang yang indah di malam hari padamu.”
“Apakah sekarang kau sedang merayuku?” ucapnya sambil tersenyum jahil lagi.
“Jung Soo-sshi, apakah kau hanya akan terus bertanya dan tidak ingin mengatakan seseuatu? Haisshh, sia-sia aku mengajakmu ke sini.” Ucapku kesal padanya sambil bersiap beranjak berdiri dari posisi dudukku. Ketika sedetik kemudian kurasakan sentuhan hangat di sela jemari tanganku. Tangannya menahanku untuk beranjak.
“Chan Ri chagiya, mianhe aku hanya bercanda. Hmm.. aku tidak suka jika harus mengucapkan kata-kata perpisahan. Besok aku sudah mulai tinggal di asrama militer tempatku bertugas. Aku juga tidak akan bisa sering bertemu denganmu nanti. Sepertinya begitu singkat, ketika aku baru saja menemukanmu tapi harus terpisah karena kewajiban yang tak bisa ku tinggalkan. Dua malam ini aku bahkan tak bisa tidur dengan nyenyak. Apakah kau akan mengunjungiku nanti di asrama militer? Aku ingin kau bisa menungguku selama dua tahun ini. Saat aku kembali nanti aku berharap aku bisa menikah denganmu”
“Jung Soo-sshi, maafkan aku” ada jeda dalam suaraku. Jeda yang cukup lama membuatnya mengrenyitkan keningnya, seolah bertanya apa kelanjutan kata-kataku.
“Aku tidak bisa mengunjungimu. Aku juga tidak akan menghubungimu, dan aku tidak bisa berjanji untuk menunggumu. Aku katakan ini dari sekarang agar kau tidak berharap dan jangan bersedih.”
“Chan Ri-ah kenapa? Apa maksudmu? Apakah kau ingin kita berpisah di sini disaat semua baru kita mulai? Apakah kau tidak mencintaiku?” pertanyaannya menusuk tepat di jantungku. Menahan butiran bening menetes, kupaksakan tenggorokanku mengeluarkan suara dan melanjutkan penjelasanku. Kali ini aku berlutut di hadapannya yang duduk di atas tikar. Pandangan mata kami beradu dan membuat perasaanku sedikit goyah. Tapi, aku harus mengatakannya meskipun berat.
“Aku sangat menyayangimu juga sangat mencintaimu. Aku tidak akan sanggup jauh darimu dan tidak akan bisa tanpamu. Tapi, justru karena itulah aku tidak bisa memberikan harapan juga tidak ingin berharap”
“Lalu, apa yang sebenarnya ingin kau sampaikan dibalik semua ucapanmu yang tidak ku mengerti itu?” Jung Soo terlihat bergetar saat mengucapkan kata-kata itu. Matanya berubah menjadi nanar dan sendu.
“Jung Soo-sshi, dua tahun bukanlah waktu yang singkat. Meskipun berat dan ini sangat singkat, aku ingin kita baru bertemu dua tahun lagi, setelah kau selesai dengan tugasmu di militer. Setelah itu, jika memang perasaan kita masih sejalan dan apa yang kita rasakan masih cukup untuk memulainya kembali aku berjanji aku tak akan berpaling dan menghindar lagi.”
“Kenapa harus kau yang memutuskannya sendiri. Ini juga perasaanku. Apa alasanmu dengan semua ini?” suaranya berubah meninggi dan terdengar tertahan di ujung bibirnya yang tipis.
“Aku hanya tidak ingin membebanimu dengan harapan. Ketika aku berharap kau akan kembali dan masih dengan perasaan yang sama, itu akan membuatmu khawatir.”
“Itu adalah alasan yang paling tidak masuk akal bagiku. Sudahlah, jika memang itu yang kau inginkan, baik kita berpisah sekarang. Dan kita lihat dua tahun lagi apakah semua akan sama. Jika ini kau lakukan untuk menguji kesetiaanku kau salah besar Chan Ri. Aku hanya berharap kau tidak akan menyesal nantinya.” Seketika Jung Soo berdiri dan meninggalkanku dalam keadaan salah paham.
“Jung Soo-sshi, chakaman.... kau telah salah paham dengan maksudku. Bukan seperti itu...”
Air mataku akhirnya tumpah dan membanjiri wajahku. Aku hanya bisa memandang punggungnya menjauh. Sedikit rasa penyesalan atas caraku menyampaikan perasaanku tadi, dia tidak menangkap maksudku dengan benar.
Jung Soo, kelak kau akan tahu apa maksudku yang sebenarnya. Aku ingin selama dua tahun ini kita bisa saling merindukan dan saling memikirkan satu sama lain, cinta kita akan teruji. Ini kulakukan agar ketika kau kembali nanti kau masih bisa diingat sebagai Park Jung Soo dan sosok Leeteuk, leader Super Junior yang hebat. Dan yang paling penting, aku mempercayaimu untuk kembali untuk bersama kami. Kupandangi perutku yang masih tampak datar, dan air mataku semakin tak terbendung.
*****
~ Park Jung Soo POVMungkinkah Chan Ri tidak benar-benar mencintaiku?
“Hyung apakah kau siap berangkat? Mobil jemputan kita sudah datang” ucapan Jong Woon membangunkan lamunanku sesaat tadi tentang Chan Ri.
Semua dongsaengku juga sudah berkumpul untuk mengantarkan keberangkatanku bersama Jong Woon. Kami akhirnya harus masuk militer pada saat bersamaan ketika Kang In sudah kembali.
Semua termasuk ELF yang sangat banyak sudah berkumpul di bawah memberikan dukungan dan melepas kami untuk segera masuk asrama militer. Aku sangat terharu dengan perhatian ELF, mereka membawa banner juga posterku dan Jong Woon yang dihiasi dengan berbagai macam tulisan berisi dukungan dan kata-kata perpisahan. Tak henti-hentinya air mataku mengalir deras membasahi pipiku. Donghae membantuku mengelap banjir air mata ini dengan sapu tangannya dan menuntunku masuk ke dalam mobil.
Sedih memang, saat harus berpisah dengan ELF yang selalu setia mendukung kami Super Junior. Tapi ini hanya sementara. Tapi, yang paling membuatku sedih, dia tidak datang untuk mengantarku sejak pertengkaran kami semalam. Lebih tepatnya, karena kekesalanku. Aku sangat menyesal pernah mengucapkan kata-kata dengan nada tinggi padanya. Park Chan Ri, aku akan sangat merindukanmu. Aku berjanji pada diriku sendiri aku akan kembali tanpa ada yang berubah. Dan jika saat itu tiba, aku akan menjadikanmu Nyonya Park-ku. Semoga takdir berpihak pada kita. Mianhe, aku tidak bisa mengatakan maaf secara langsung. Saranghae Chan Ri-ah.
*****
~ Author POV
Park Chan Ri terbangun di pagi itu dengan perasaan tidak menentu. Kepalanya terasa sangat berat, pandangannya kabur dan perutnya terasa sangat mual. Chan Ri berusaha menggapai ponselnya yang terletak di atas meja di samping tempat tidurnya. Jarinya dengan cepat menekan layar ponselnya berusaha untuk menguhubungi seseorang. Sesaat setelah salah satu nomor yang ada di daftar speed dial ponselnya terhubung, Park Chan Ri telah kehilangan kesadarannya. Terdengar samar suara dibalik ponselnya yang memanggil-manggil namanya.
*****
Dua tahun kemudian
Dua orang namja yang terlihat berambut cepak dan berseragam lengkap keluar dari gerbang sebuah camp militer. Hari ini adalah hari kembalinya dua member Super Junior dari menjalankan tugas mereka sebagai warga negara laki-laki Korea Selatan untuk mengikuti wajib militer. Terlihat sebuah mobil van menunggu di depan gerbang untuk menjemput mereka. Namun, ada hal aneh yang cukup mengganggu mereka. Tidak ada satu pun pihak SM Entertainment dan ELF yang menyambut mereka.
Leeteuk dan Jong Woon justru melihat beberapa namja berpakaian rapi berdasi dan berkaca mata hitam di beberapa sudut jalan. Seorang namja diantara mereka mendekati Leeteuk dan Jong Woon.
“Tuan Park dan Tuan Kim silahkan ikut dengan kami. Kami utusan yang ditugaskan untuk menjemput anda berdua” ucap namja itu kepada Leeteuk dan Jong Woon.
Tanpa banyak bertanya Leeteuk dan Joong Woon masuk ke dalam mobil dan meninggalkan camp militer tempat mereka tinggal selama kurang lebih dua tahun ini. Untuk mengilangkan bosan dalam perjalanan Jong Woon dan Leeteuk berbincang-binang membahas banyak hal. Mereka berfikir mungkin akan ada sambutan di SM Entertainment dan pasti akan ada banyak ELF yang berkumpul untuk menunggu mereka berdua di sana. Tanpa disadari oleh Leeteuk dan Jong Woon mobil itu membawa mereka ke suatu tempat yang tidak mereka duga terutama bagi Leeteuk yang kini malah tertidur pulas di dalam mobil.
Mobil pun tiba di sebuah gereja tua di sebuah lingkungan pedesaan yang cukup terpencil. Leeteuk terbangun mendengar pintu mobil yang di tutup. Salah satu namja yang mengawal mereka memberikan instruksi pada beberapa namja lainnya. Leeteuk tersadar dari kantuknya dan menyadari dengan jelas di mana dia berada saat ini.
“Chakaman, kenapa kita ke gereja?” tanya Leeteuk heran.
“Molla hyung, aku juga tidak tahu. Mungkin ada acara amal untuk penyambutan kita. Lihatlah dalam gereja sudah dihias juga seperti akan ada sebuah acara. Tapi kenapa sepi sekali ya?” Jong Woon yang menyadari tidak ada seorang pun yang dikenal mereka kecuali beberapa namja yang menjemputnya tadi menjadi resah.
“Tuan Park silahkan ikut saya dan Tuan Kim silahkan ikut dengan teman saya. Anda harus membersihkan diri dan berganti pakaian sebelum acara dimulai.” Ucap namja yang sama yang berbicara dengan Leeteuk dan Jong Woon di depan gerbang camp militer.
“Sebenarnya ada acara apa ini?” tanya Leeteuk pada namja itu.
“Saya tidak bisa menjelaskannya sekarang, tapi ruang ganti anda berdua berbeda.”
Tanpa mengerti dan banyak bertanya apa-apa lagi keduanya menurut saja dibawa entah kemana. Leeteuk dan Jong Woon tidak merasa terancam karena mereka memperlakukan mereka dengan sopan, sehingga tidak mungkin jika ini adalah sebuah tindakan kejahatan yang akan dilakukan kepada mereka berdua.
*****
Namja berstelan rapi itu meminta Leeteuk mengganti pakaiannya dengan pakaian resmi berupa tuxedo putih bersih dengan hiasan bunga mawar merah yang terlihat kontras tersemat di dada kirinya. Leeteuk hanya berfikir ini adalah pakaian yang disediakan wardrop untuk acara ini. Setelah selesai membersihkan diri dan mengganti pakaiannya Leeteuk diminta menunggu di dalam ruangan utama gereja.
Sambil menunggu Leeteuk berjalan-jalan mengelilingi ruangn dalam gereja. Dipandanginya setiap sudut bangunan itu. Tampak cahaya matahari berkilauan dari fentilasi yang terdapat di langit-langitnya. Tanpa sengaja pandangannya terpaku pada ornamen di langit-langit gereja. Lukisan-lukisan indah malaikat cinta atau yang biasa disebut cupid yang sedang membidikkan anak panahnya pada sepasang merpati. Ada sesuatu hal yang membuat Leeteuk mengangkat salah satu alisnya setelah berpaling dari lukisan langit-langit itu. Diedarkannya pandangannya ke seluruh ruangan. Sekelebat ingatan memenuhi fikirannya. Tempat ini tidak asing, tapi Leeteuk belum bisa menemukan hal apa yang menghubungkannya dengan tempat ini. Seperti sebuah d’javu, Leeteuk menuju altar dan berdiri di sana sambil memandangi hamparan karpet merah di hadapannya yang terbentang panjang berujung di arah pintu masuk gereja yang tertutup.
Dalam waktu yang bersamaan, ketika Leeteuk masih larut dalam fikirannya yang mencoba menggali ingatan tentang tempat ini, tiba-tiba pintu masuk utama gereja terbuka lebar. Terlihat sinar putih yang menyilaukan, seperti lampu sorot panggung yang menandai masuknya sang bintang utama pertunjukkan. Terlihat sesosok yoeja dibalut gaun putih sederhana dengan bagian belakang sedikit menjuntai dan menyentuh lantai lengkap dengan cadar di wajahnya berdiri di ujung pintu masuk. Disamping sang yoeja, terlihat namja paruh baya yang sangat dikenalnya, Tuan Cho Daihan mengapitkan lengannya pada sang yoeja yang kini siap melangkah masuk ke dalam gereja.
Saat sang yoeja dan Tuan Cho mulai melangkahkan kakinya ke dalam gereja, saat itu pula terdengar denting suara piano yang dimainkan dengan sangat sempurna mengalunkan the wedding. Tampak seorang namja tampan dengan stelan jas hitam dan berdasi kupu-kupu memainkan grand piano berwarna putih dengan sangat sempurna. Cho Kyuhyun menyunggingkan senyumnya kepada Leeteuk.
Leeteuk hanya terpaku di tempatnya kini berdiri. “Apakah ini acara pernikahan?” bisiknya ragu pada dirinya sendiri.
*****
~ Park Jung Soo POV
Kakiku seakan terpatri di lantai. Kyuhyun tersenyum dan terlihat sangat tampan duduk di sudut ruang gereja sambil memainkan grand piano itu dengan penuh penghayatan. Hatiku bergetar hebat menatap yoeja yang sedang berjalan ke arahku. Aku berusaha menebak-nebak apa yang sebenarnya sedang terjadi.
Kutatap yoeja berbalut gaun putih cemerlang sederhana namun terkesan elegan dengan wajahnya yang tertutup cadar transparan. Namun meskipun tertutup cadar, wajahnya masih dapat kukenali dengan jelas. Yoeja yang selama dua tahun ini menjadi semangatku untuk terus bisa melalui kehidupan di camp militer. Yoeja yang tak pernah kulupakan sedetik pun dari keseharianku. Yoeja yang terus dan akan terus mengisi ruang kosong hatiku. Park Chan Ri, berjalan semakin mendekat ke arah altar tempat ku berdiri bersama sang ayah.
Tunggu dulu, ini seperti pernah terjadi. Bayangan d’javu itu kembali lagi. Bukan ini bukan d’javu, tapi ini adalah mimpi. Aku sedang bermimpi pasti. Kupukul pelan pipiku, kugigit pergelangan tanganku, tapi hanya sakit yang kurasakan. Jadi ini bukan mimpi? Aku tidak sedang bermimpi, ini mimpiku yang menjadi kenyataan.
Kulihat kemudian Donghae muncul di sampingku dan menepuk pundakku pelan. Beberapa orang juga muncul kemudian dan langsung berdiri di deretan bangku yang tertata rapi. Kulihat tidak terlalu banyak, tapi aku mengenal semuanya. Oemma, appa, In Young noona, Lee Donghwa, Park Sung Chan, semua member Super Junior bahkan termasuk Ki Bum dan Hangeng. Yang membuatku sangat terharu Donna ajjuma dan Nyonya Cho yang duduk di kursi roda mereka masing-masing tersenyum ke arahku. Satu lagi yang membuatku terkejut, Ahn Ra Ra memasuki ruangan dengan menggendong seorang bocah laki-laki kecil berumur sekitar satu tahunan. Sesaat pemandangan terakhir membuatku tersenyum, mungkinkah Donghae dan Ra Ra sudah menikah dan ingin memberiku kejutan juga. Dasar mereka pasangan yang unik, pikirku.
Park Chan Ri perlahan tapi pasti tiba di altar. Tuan Cho lama menatapku lekat sebelum mengulurkan tangannya yang memegang tangan Chan Ri sambil berbisik kepadaku.
“Jagalah dia, dan kau harus menerimanya? Kalau tidak aku akan menghancurkanmu” ancaman Tuan Cho membuatku bergidik ngeri. Namun tanpa kuduga Tuan Cho kemudian tersenyum padaku dan menepuk pundakku sambil mengulurkan tangan Chan Ri yang terbungkus sarung tangan di atas telapak tanganku yang menyambutnya.
“Jadi, siapa yang merencanakan ini semua dan berpura-pura ingin berpisah denganku dua tahun lalu?” tanyaku berbisik pada Chan Ri kemudian kami berbalik menghadap altar. Di sana telah berdiri seorang pendeta yang tidak pernah kusadari keberadaannya, kapan dia memasuki ruangan.
“Ini bukan ideku, kau tanyakan saja pada ayahku juga teman-temanmu itu. Terutama pasangan aneh itu” jawabnya sedikit lesu sambil memberi isyarat ke arah Ra Ra dan Donghae.
“Jadi maksudmu kau sebenarnya tidak ingin menikah denganku, dan sekarang terpaksa melakukan ini semua? Itukah yang kau ucapkan saat pertama kali bertemu denganku setelah sekian lama kita berpisah? Kau tidak rindu padaku?” pertanyaanku tak terbendung dan sedikit geram dengan jawaban Chan Ri yang tidak memuaskan perasaan keingintahuanku.
“Yeobo, aku sedang di tengah suasana haru menonton drama televisi pagi ini, dan kemudian beberapa orang suruhan appa menjemputku dengan paksa dan menyuruhku memakai semua ini. Kukira ini adalah acara reality show atau aku dijadikan model untuk sebuah produk briddal. Tentu saja aku juga terkejut saat sampai di sini melihatmu sudah berdiri di atas altar. Dan kau tahu tidak, ayah membisikkan apa padaku. Dia bilang aku harus menikah sekarang atau aku akan jadi single parent seumur hidup karena appa tidak akan menikahkanku dengan pria manapun selain dirimu. Ancaman macam apa itu?” cerocos Chan Ri tanpa henti menjelaskan situasinya.
“Tunggu, kau bilang apa barusan?” aku sedikit tergelitik untuk meyakinkan ucapannya.
“Wae? Bagian yang mana? Aku sudah lupa” jawabnya jahil.
“Pertama kau memanggilku yoebo, yang kedua kau bilang jadi single parent? Apa maksudmu?” aku benar-benar sangat penasaran dengan ucapannya yang sepanjang kereta api tadi.
“Ah..itu..anu” jawabnya terbata-bata. Kulihat Ahn Ra Ra mendekat pada kami kemudian berdiri mengahadap semua tamu yang datang dan mulai berbicara sesuatu.
Dua orang namja yang terlihat berambut cepak dan berseragam lengkap keluar dari gerbang sebuah camp militer. Hari ini adalah hari kembalinya dua member Super Junior dari menjalankan tugas mereka sebagai warga negara laki-laki Korea Selatan untuk mengikuti wajib militer. Terlihat sebuah mobil van menunggu di depan gerbang untuk menjemput mereka. Namun, ada hal aneh yang cukup mengganggu mereka. Tidak ada satu pun pihak SM Entertainment dan ELF yang menyambut mereka.
Leeteuk dan Jong Woon justru melihat beberapa namja berpakaian rapi berdasi dan berkaca mata hitam di beberapa sudut jalan. Seorang namja diantara mereka mendekati Leeteuk dan Jong Woon.
“Tuan Park dan Tuan Kim silahkan ikut dengan kami. Kami utusan yang ditugaskan untuk menjemput anda berdua” ucap namja itu kepada Leeteuk dan Jong Woon.
Tanpa banyak bertanya Leeteuk dan Joong Woon masuk ke dalam mobil dan meninggalkan camp militer tempat mereka tinggal selama kurang lebih dua tahun ini. Untuk mengilangkan bosan dalam perjalanan Jong Woon dan Leeteuk berbincang-binang membahas banyak hal. Mereka berfikir mungkin akan ada sambutan di SM Entertainment dan pasti akan ada banyak ELF yang berkumpul untuk menunggu mereka berdua di sana. Tanpa disadari oleh Leeteuk dan Jong Woon mobil itu membawa mereka ke suatu tempat yang tidak mereka duga terutama bagi Leeteuk yang kini malah tertidur pulas di dalam mobil.
Mobil pun tiba di sebuah gereja tua di sebuah lingkungan pedesaan yang cukup terpencil. Leeteuk terbangun mendengar pintu mobil yang di tutup. Salah satu namja yang mengawal mereka memberikan instruksi pada beberapa namja lainnya. Leeteuk tersadar dari kantuknya dan menyadari dengan jelas di mana dia berada saat ini.
“Chakaman, kenapa kita ke gereja?” tanya Leeteuk heran.
“Molla hyung, aku juga tidak tahu. Mungkin ada acara amal untuk penyambutan kita. Lihatlah dalam gereja sudah dihias juga seperti akan ada sebuah acara. Tapi kenapa sepi sekali ya?” Jong Woon yang menyadari tidak ada seorang pun yang dikenal mereka kecuali beberapa namja yang menjemputnya tadi menjadi resah.
“Tuan Park silahkan ikut saya dan Tuan Kim silahkan ikut dengan teman saya. Anda harus membersihkan diri dan berganti pakaian sebelum acara dimulai.” Ucap namja yang sama yang berbicara dengan Leeteuk dan Jong Woon di depan gerbang camp militer.
“Sebenarnya ada acara apa ini?” tanya Leeteuk pada namja itu.
“Saya tidak bisa menjelaskannya sekarang, tapi ruang ganti anda berdua berbeda.”
Tanpa mengerti dan banyak bertanya apa-apa lagi keduanya menurut saja dibawa entah kemana. Leeteuk dan Jong Woon tidak merasa terancam karena mereka memperlakukan mereka dengan sopan, sehingga tidak mungkin jika ini adalah sebuah tindakan kejahatan yang akan dilakukan kepada mereka berdua.
*****
Namja berstelan rapi itu meminta Leeteuk mengganti pakaiannya dengan pakaian resmi berupa tuxedo putih bersih dengan hiasan bunga mawar merah yang terlihat kontras tersemat di dada kirinya. Leeteuk hanya berfikir ini adalah pakaian yang disediakan wardrop untuk acara ini. Setelah selesai membersihkan diri dan mengganti pakaiannya Leeteuk diminta menunggu di dalam ruangan utama gereja.
Sambil menunggu Leeteuk berjalan-jalan mengelilingi ruangn dalam gereja. Dipandanginya setiap sudut bangunan itu. Tampak cahaya matahari berkilauan dari fentilasi yang terdapat di langit-langitnya. Tanpa sengaja pandangannya terpaku pada ornamen di langit-langit gereja. Lukisan-lukisan indah malaikat cinta atau yang biasa disebut cupid yang sedang membidikkan anak panahnya pada sepasang merpati. Ada sesuatu hal yang membuat Leeteuk mengangkat salah satu alisnya setelah berpaling dari lukisan langit-langit itu. Diedarkannya pandangannya ke seluruh ruangan. Sekelebat ingatan memenuhi fikirannya. Tempat ini tidak asing, tapi Leeteuk belum bisa menemukan hal apa yang menghubungkannya dengan tempat ini. Seperti sebuah d’javu, Leeteuk menuju altar dan berdiri di sana sambil memandangi hamparan karpet merah di hadapannya yang terbentang panjang berujung di arah pintu masuk gereja yang tertutup.
Dalam waktu yang bersamaan, ketika Leeteuk masih larut dalam fikirannya yang mencoba menggali ingatan tentang tempat ini, tiba-tiba pintu masuk utama gereja terbuka lebar. Terlihat sinar putih yang menyilaukan, seperti lampu sorot panggung yang menandai masuknya sang bintang utama pertunjukkan. Terlihat sesosok yoeja dibalut gaun putih sederhana dengan bagian belakang sedikit menjuntai dan menyentuh lantai lengkap dengan cadar di wajahnya berdiri di ujung pintu masuk. Disamping sang yoeja, terlihat namja paruh baya yang sangat dikenalnya, Tuan Cho Daihan mengapitkan lengannya pada sang yoeja yang kini siap melangkah masuk ke dalam gereja.
Saat sang yoeja dan Tuan Cho mulai melangkahkan kakinya ke dalam gereja, saat itu pula terdengar denting suara piano yang dimainkan dengan sangat sempurna mengalunkan the wedding. Tampak seorang namja tampan dengan stelan jas hitam dan berdasi kupu-kupu memainkan grand piano berwarna putih dengan sangat sempurna. Cho Kyuhyun menyunggingkan senyumnya kepada Leeteuk.
Leeteuk hanya terpaku di tempatnya kini berdiri. “Apakah ini acara pernikahan?” bisiknya ragu pada dirinya sendiri.
*****
~ Park Jung Soo POV
Kakiku seakan terpatri di lantai. Kyuhyun tersenyum dan terlihat sangat tampan duduk di sudut ruang gereja sambil memainkan grand piano itu dengan penuh penghayatan. Hatiku bergetar hebat menatap yoeja yang sedang berjalan ke arahku. Aku berusaha menebak-nebak apa yang sebenarnya sedang terjadi.
Kutatap yoeja berbalut gaun putih cemerlang sederhana namun terkesan elegan dengan wajahnya yang tertutup cadar transparan. Namun meskipun tertutup cadar, wajahnya masih dapat kukenali dengan jelas. Yoeja yang selama dua tahun ini menjadi semangatku untuk terus bisa melalui kehidupan di camp militer. Yoeja yang tak pernah kulupakan sedetik pun dari keseharianku. Yoeja yang terus dan akan terus mengisi ruang kosong hatiku. Park Chan Ri, berjalan semakin mendekat ke arah altar tempat ku berdiri bersama sang ayah.

Tunggu dulu, ini seperti pernah terjadi. Bayangan d’javu itu kembali lagi. Bukan ini bukan d’javu, tapi ini adalah mimpi. Aku sedang bermimpi pasti. Kupukul pelan pipiku, kugigit pergelangan tanganku, tapi hanya sakit yang kurasakan. Jadi ini bukan mimpi? Aku tidak sedang bermimpi, ini mimpiku yang menjadi kenyataan.
Kulihat kemudian Donghae muncul di sampingku dan menepuk pundakku pelan. Beberapa orang juga muncul kemudian dan langsung berdiri di deretan bangku yang tertata rapi. Kulihat tidak terlalu banyak, tapi aku mengenal semuanya. Oemma, appa, In Young noona, Lee Donghwa, Park Sung Chan, semua member Super Junior bahkan termasuk Ki Bum dan Hangeng. Yang membuatku sangat terharu Donna ajjuma dan Nyonya Cho yang duduk di kursi roda mereka masing-masing tersenyum ke arahku. Satu lagi yang membuatku terkejut, Ahn Ra Ra memasuki ruangan dengan menggendong seorang bocah laki-laki kecil berumur sekitar satu tahunan. Sesaat pemandangan terakhir membuatku tersenyum, mungkinkah Donghae dan Ra Ra sudah menikah dan ingin memberiku kejutan juga. Dasar mereka pasangan yang unik, pikirku.
Park Chan Ri perlahan tapi pasti tiba di altar. Tuan Cho lama menatapku lekat sebelum mengulurkan tangannya yang memegang tangan Chan Ri sambil berbisik kepadaku.
“Jagalah dia, dan kau harus menerimanya? Kalau tidak aku akan menghancurkanmu” ancaman Tuan Cho membuatku bergidik ngeri. Namun tanpa kuduga Tuan Cho kemudian tersenyum padaku dan menepuk pundakku sambil mengulurkan tangan Chan Ri yang terbungkus sarung tangan di atas telapak tanganku yang menyambutnya.
“Jadi, siapa yang merencanakan ini semua dan berpura-pura ingin berpisah denganku dua tahun lalu?” tanyaku berbisik pada Chan Ri kemudian kami berbalik menghadap altar. Di sana telah berdiri seorang pendeta yang tidak pernah kusadari keberadaannya, kapan dia memasuki ruangan.
“Ini bukan ideku, kau tanyakan saja pada ayahku juga teman-temanmu itu. Terutama pasangan aneh itu” jawabnya sedikit lesu sambil memberi isyarat ke arah Ra Ra dan Donghae.
“Jadi maksudmu kau sebenarnya tidak ingin menikah denganku, dan sekarang terpaksa melakukan ini semua? Itukah yang kau ucapkan saat pertama kali bertemu denganku setelah sekian lama kita berpisah? Kau tidak rindu padaku?” pertanyaanku tak terbendung dan sedikit geram dengan jawaban Chan Ri yang tidak memuaskan perasaan keingintahuanku.
“Yeobo, aku sedang di tengah suasana haru menonton drama televisi pagi ini, dan kemudian beberapa orang suruhan appa menjemputku dengan paksa dan menyuruhku memakai semua ini. Kukira ini adalah acara reality show atau aku dijadikan model untuk sebuah produk briddal. Tentu saja aku juga terkejut saat sampai di sini melihatmu sudah berdiri di atas altar. Dan kau tahu tidak, ayah membisikkan apa padaku. Dia bilang aku harus menikah sekarang atau aku akan jadi single parent seumur hidup karena appa tidak akan menikahkanku dengan pria manapun selain dirimu. Ancaman macam apa itu?” cerocos Chan Ri tanpa henti menjelaskan situasinya.
“Tunggu, kau bilang apa barusan?” aku sedikit tergelitik untuk meyakinkan ucapannya.
“Wae? Bagian yang mana? Aku sudah lupa” jawabnya jahil.
“Pertama kau memanggilku yoebo, yang kedua kau bilang jadi single parent? Apa maksudmu?” aku benar-benar sangat penasaran dengan ucapannya yang sepanjang kereta api tadi.
“Ah..itu..anu” jawabnya terbata-bata. Kulihat Ahn Ra Ra mendekat pada kami kemudian berdiri mengahadap semua tamu yang datang dan mulai berbicara sesuatu.
“Sesaat lagi acara inti akan dimulai. Untuk semua tamu undangan yang terhormat dipersilahkan untuk duduk. Dan oppa, ini. Kau harus membawanya serta agar dia jadi saksi pernikahan kalian dari dekat.” Ahn Ra Ra mengerlingkan sebelah matanya padaku dan menyerahkan bocah berumur satu tahun tadi padaku untuk ku gendong.
“Yaakhh, Ra Ra-ah apa maksudnya ini? Kenapa anak ini harus menjadi saksi?” tanyaku sangat tidak mengerti dengan sikap Ra Ra.
“Oppa, apakah ikatan darah di tubuh kalian tidak bisa membuatmu merasakan sesuatu dan mengenalinya? Kau pikir apa yang kau lakukan malam itu saat mabuk dengan ounnie hah?” teriak Ra Ra di depan semua orang yang hadir. Semua pun tertawa dan berbisik-bisik.
“Mungkinkah dia... adalah?” desisku sambil menggendong mengangkat tubuh mungil bocah laki-laki yang sekarang ada dalam gendonganku.
Kupandangi Chan Ri di depanku yang balas menatapku lekat. Dia tersenyum dan mengelus rambut sang bocah yang entah mengapa sangat mirip dengan model rambutku sebelum aku masuk militer.
“Junior, beri salam pada appa sayang” ucap Chan Ri lembut. Bocah ini tidak menjawab justru terlihat mengantuk dan kemudian memelukku erat. Diletakkannya kepalanya di bahu kiriku sambil mengulum ibu jari kanannya.
“Jadi dia ini adalah putraku?” aku terkejut dengan semua kejutan yang benar-benar tak terpikir olehku. Pernikahan ini, dan anak ini. Aku tidak tahu bagaimana semua ini bisa terjadi tanpa sepengetahuanku.
“Mianhe, aku menyembunyikan semua selama ini. Inilah sebenarnya alasan mengapa waktu itu aku tidak ingin kau terlalu memikirkanku. Aku tidak ingin membuatmu terbebani dan mengurungkan niat masuk militer serta merusak karirmu dengan skandal. Tapi, untukku Junior bukanlah kesalahan, tapi anugrah yang diberikan dari Tuhan melalui dirimu. Aku tidak akan menyalahkanmu jika saat ini kau tidak siap untuk menikah dan meninggalkanku sekarang juga. Keputusan ada di tanganmu sebelum pendeta membacakan sumpah pernikahan kita.” Jelasnya lirih dan terlihat sangat menyesal.
“Apakah kau fikir aku akan melakukannya dan meninggalkanmu lagi, terlebih setelah aku tahu kau diam-diam mengandung dan membesarkannya sendiri? Tidak, aku bukan laki-laki yang tidak bertanggung jawab, lagi pula jujur padamu, aku justru sangat bahagia. Kau telah melahirkan seorang anak yang tampan untukku. Siapa namanya tadi?”
“Junior, Park Jung Soo, Jr. namanya”
“Anyyeong Junior. Mianhe appa tidak tahu jika hal indah sepertimu sudah hadir ke dunia. Appa berjanji tidak akan meninggalkanmu juga oemma sendiri lagi” kukecup kening dan pipi bocah ini. Junior masih tetap diam dan semakin menggelayut di leherku erat.
“Yaaa...yaa...hyung mau sampai kapan acara reuninya. Lanjutkan saja nanti pas bulan madu. Kami menunggu pertunjukkan utamanya” sahut Kyuhyun dari bawah altar dengan tidak sabar.
“Nde baiklah, kajja kita mulai saja” ucap Pendeta yang sedari tadi menunggu dengan sabar.
*****
~ Author POV
Park Chan Ri tampak bahagia dengan pernyataan Leeteuk yang meyakinkannya untuk mau menikah saat itu juga. Di hadapan Tuhan melalui perantara Pendeta, mereka mengucapkan janji untuk bersama dan saling menyayangi, dalam senang maupun susah, dalam sehat maupun sakit, dalam keadaan kaya ataupun miskin dan tidak akan berpisah selamanya, kerena apa yang telah disatukan oleh Tuhan tidak sepatutnya dipisahkan oleh manusia.
Semua yang hadir terlihat ikut larut dalam suasana bahagia yang dirasakan Park Chan Ri dan Park Jung Soo. Junior terlihat mengantuk di gendongan Leeteuk, dan dia pun terlelap dengan damai dengan kepala masih menyandar di bahu ayahnya.
Tidak tampak satu orang pun tamu yang berasal dari luar keluarga, terutama dari pihak SM Entertainment. pernikahan sederhana nan sakral itu sengaja disembunyikan agar tidak diketahui publik. Tuan Cho Daihan telah mengatur informasi yang salah tentang keluarnya Leeteuk dan Jong Woon dari wajib militernya, sehingga Leeteuk masih punya waktu untuk melaksanakan kejutan pernikahannya tanpa terganggu.
Saatnya melempar buket bunga pada tamu yang hadir. Park Chan Ri berdiri di tengah altar dan melemparkan buket buka kecil yang dibawanya. Kerumunan member Super Junior yang menjadi tamu utama beserta Park Sung Chan yang kini berdiri mengapit lengan Kyuhyun dengan mesra, Ahn Ra Ra yang dari tadi masih saja berdebat tentang sesuatu dengan Donghae dan Lee Donghwa sesaat menahan nafas sebelum buket dilemparkan. Dan... hup, buket bunga didapatkan oleh Eunhyuk.
Tidak ada yang menyangka jika Eunhyuk yang mendapatkan buket bunga itu.
“Jadi Eunhyuk-ah, siapa yang akan kau ajak menikah? Cepatlah mencari pasangan bisa-bisa kau nanti menjadi perjaka lapuk” ucap Leeteuk membuat semua hadirin tertawa riuh.
“Tentu saja aku sudah punya calon” ucap Eunhyuk membela diri.
“Memangnya siapa calonmu?” tanya Ra Ra curiga.
“Chagi-ya, menikahlah denganku ne?” ucap Eunhyuk manja kepada Donghae.
“Mwo?? Kau pikir aku mau menikah denganmu?? Aku ini masih normal!!” teriak Donghae dan merebut buket bunga dari Eunhyuk dan memberikannya kepada Ra Ra.
“Tapi itu kan bungaku” Eunhyuk terlihat sangat merana telah ditolak Donghae.
*****
Extra Story :
“Nyonya Park, sebenarnya kapan kau tahu saat pertama kali kau mengandung Junior?” tanya Leeteuk pada istrinya Park Eun Hye.
“Kau ingat yoebo, saat aku pingsan di rumah sakit waktu menunggui oemma dokter memberitahuku jika aku sudah mengandung selama dua minggu. Dan aku juga ingat ketika itu jika aku memang sudah terlambat datang bulan.” Jawab Eun Hye.
“Tapi dokter mengatakan pada Ra Ra bahwa kau hanya kelelahan.”
“Aku sengaja meminta dokter untuk tidak mengatakannya. Saat itu hanya Kyuhyun yang tahu, saat dia hampir mengatakannya di depan kalian semua munculah Sung Chan dan perhatiannya teralihkan.”
“Lalu apakah kau menemukan hadiah perpisahan dariku?” tanya Leeteuk penasaran.
“Hadiah? Apakah kau meninggalkan hadiah untukku?” tanya Eun Hye heran dengan kata-kata suaminya yang kini sedang meninabobokan Junior di gendongannya.
“Jadi kau tidak memerikasa kotak pos rumahmu? Aisshh..kau ini, coba periksalah siapa tahu masih ada. Aku meninggalkannya di sana saat hari kita bertengkar terakhir kalinya sebelum kita berpisah. Padahal itu sangat berharga dan aku membelinya dengan tidak mudah”
“Ya yoebo kau ini perhitungan sekali” Eun Hye beranjak memeriksa kotak pos di depan rumah dan menemukan sebuah kotak persegi dihiasi pita plastik berwarna-warni. Dibukanya kotak seukuran buku tulis itu dan dilihatnya sebuah album foto dan sebuah kotak beludru kecil berwarna biru.
Dibukanya album foto itu saat Eun Hye kembali ke dalam rumah.
“Foto-foto ini... dari mana kau mendapatkannya?” Eun Hye sangat penasaran dari mana Leeteuk mendapatkan foto-foto itu.
Leeteuk yang baru saja selesai menidurkan Junior, duduk di samping Eun Hye di balkon rumah mereka.
“Kau ingat mungkin itu hari pertama kau datang ke Korea setalah lama tinggal di Jepang? Saat itu berdasarkan cerita Donghae dan Ra Ra kau mengerjai mereka di padang rumput ini bukan? Saat itu sebelum Ra Ra datang aku sedang berjalan-jalan di sekitar padang rumput karena kesal dengan pihak management. Aku sempat mengagumi suara nyanyianmu, dan dalam hati bertanya-tanya siapa kau sebenarnya. Saat itulah aku mengambil fotomu.”
Tampak di bebrapa foto terlihan Eun Hye mengangkat tangannya seolah ingin menyentuh langit. Di beberapa foto lainnya tampak Eun Hye sedang memejamkan mata. Dan foto lainnya memperlihatkan Eun Hye yang sedang tersenyum manis.
Sesaat Eun Hye memandangi foto-foto itu dan tersenyum. Kemudian dibukanya kotak biru dari beludru dan dilihatnya sebuah gelang perak unik yang dihiasi dengan gantungan sebuah lonceng mungil.
“Ini lonceng yang waktu itu...” bisik Eun Hye takjub.
“Nde, lonceng penjagamu. Yang menyelamatkanmu dari kecelakaan sumur tua di hutan, juga lonceng yang sama yang kuberikan padamu untuk mengusir para murid berandalan waktu itu.”
“Apa arti semua hadiah ini yoebo?”
“Chagi-ya, ini hanya simbol sebuah kenangan masa lalu yang saling berkaitan. Masa lalu yang membawa kita pada masa sekarang juga masa depan. Aku percaya takdir telah mengatur pertemuan kita. Dan sekarang kenangan itu akan selalu menjadi harta yang sangat berharga untuk kita. Aku ingin kita akan selalu bersama dalam keadaan apa pun sampai maut memisahkan. Jika perlu kita harus bertemu lagi di kehidupan setelahnya. Aku tidak ingin hanya mengingatmu sebagai bagian dari kenangan, tapi kau akan selalu menjadi milikku dan menjadi bagian dari setiap kenangan yang akan kita ukir bersama. Istri dan wanita terindah milik Park Jung Soo dan oemma bagi Junior.”
Butiran-butiran bening mulai menetes dari kelopak mata Eun Hye. Leeteuk mengusapnya dengan meletakkan kedua tangannya di pipi istri kecintaannya. Perlahan wajah mereka saling mendekat dan kecupan lembut di bibir Eun Hye membuatnya sesaat menahan isak tangis dan nafasnya.
“Yoebo, saranghae” bisik Leeteuk lembut di telinga Eun Hye.
“Nado saranghae” balas Eun Hye mantab.
“Hmm...Junior kan sudah tidur, bagaimana kalau sekarang kita membuatkannya seorang adik perempuan?” goda Leeteuk pada istrinya.
“Ya tuan PARK JUNG SOO sejak kapan kau jadi mesum begini?”
“Tentu saja aku boleh melakukan apa pun, kau kan milikku. Kajja..” Leeteuk dengan tiba-tiba menggendong Eun Hye menuju kamar mereka dan menutup pintu dengan keras.
Remember then….
After all we’ve done,
Over the rainbow,
Rise hands up to the sunshine,
Standing under the pouring rain,
We were together…
Please remember me then
After all of the pains,
Over the miseries,
Break down the only heart,
Above the hatred,
We were separated…
Please remember me then
After all happiness,
Over the cheerfulness,
Build the selfishness,
Beyond all minds could reach,
We had done…
I’ll remember you then
~ THE END ~
Akhirnya FF series ini selesai juga, terharu dan sedih akan berpisah dengan castnya T_T
*lebey nih author.
Bagaimana? Perlukah sequel versi Kyuhyun dan Park Sung Chan? Like & Comment dulu yang banyak ya hehehehehe...
“Nyonya Park, sebenarnya kapan kau tahu saat pertama kali kau mengandung Junior?” tanya Leeteuk pada istrinya Park Eun Hye.
“Kau ingat yoebo, saat aku pingsan di rumah sakit waktu menunggui oemma dokter memberitahuku jika aku sudah mengandung selama dua minggu. Dan aku juga ingat ketika itu jika aku memang sudah terlambat datang bulan.” Jawab Eun Hye.
“Tapi dokter mengatakan pada Ra Ra bahwa kau hanya kelelahan.”
“Aku sengaja meminta dokter untuk tidak mengatakannya. Saat itu hanya Kyuhyun yang tahu, saat dia hampir mengatakannya di depan kalian semua munculah Sung Chan dan perhatiannya teralihkan.”
“Lalu apakah kau menemukan hadiah perpisahan dariku?” tanya Leeteuk penasaran.
“Hadiah? Apakah kau meninggalkan hadiah untukku?” tanya Eun Hye heran dengan kata-kata suaminya yang kini sedang meninabobokan Junior di gendongannya.
“Jadi kau tidak memerikasa kotak pos rumahmu? Aisshh..kau ini, coba periksalah siapa tahu masih ada. Aku meninggalkannya di sana saat hari kita bertengkar terakhir kalinya sebelum kita berpisah. Padahal itu sangat berharga dan aku membelinya dengan tidak mudah”
“Ya yoebo kau ini perhitungan sekali” Eun Hye beranjak memeriksa kotak pos di depan rumah dan menemukan sebuah kotak persegi dihiasi pita plastik berwarna-warni. Dibukanya kotak seukuran buku tulis itu dan dilihatnya sebuah album foto dan sebuah kotak beludru kecil berwarna biru.
Dibukanya album foto itu saat Eun Hye kembali ke dalam rumah.
“Foto-foto ini... dari mana kau mendapatkannya?” Eun Hye sangat penasaran dari mana Leeteuk mendapatkan foto-foto itu.
Leeteuk yang baru saja selesai menidurkan Junior, duduk di samping Eun Hye di balkon rumah mereka.
“Kau ingat mungkin itu hari pertama kau datang ke Korea setalah lama tinggal di Jepang? Saat itu berdasarkan cerita Donghae dan Ra Ra kau mengerjai mereka di padang rumput ini bukan? Saat itu sebelum Ra Ra datang aku sedang berjalan-jalan di sekitar padang rumput karena kesal dengan pihak management. Aku sempat mengagumi suara nyanyianmu, dan dalam hati bertanya-tanya siapa kau sebenarnya. Saat itulah aku mengambil fotomu.”
Tampak di bebrapa foto terlihan Eun Hye mengangkat tangannya seolah ingin menyentuh langit. Di beberapa foto lainnya tampak Eun Hye sedang memejamkan mata. Dan foto lainnya memperlihatkan Eun Hye yang sedang tersenyum manis.
Sesaat Eun Hye memandangi foto-foto itu dan tersenyum. Kemudian dibukanya kotak biru dari beludru dan dilihatnya sebuah gelang perak unik yang dihiasi dengan gantungan sebuah lonceng mungil.
“Ini lonceng yang waktu itu...” bisik Eun Hye takjub.
“Nde, lonceng penjagamu. Yang menyelamatkanmu dari kecelakaan sumur tua di hutan, juga lonceng yang sama yang kuberikan padamu untuk mengusir para murid berandalan waktu itu.”
“Apa arti semua hadiah ini yoebo?”
“Chagi-ya, ini hanya simbol sebuah kenangan masa lalu yang saling berkaitan. Masa lalu yang membawa kita pada masa sekarang juga masa depan. Aku percaya takdir telah mengatur pertemuan kita. Dan sekarang kenangan itu akan selalu menjadi harta yang sangat berharga untuk kita. Aku ingin kita akan selalu bersama dalam keadaan apa pun sampai maut memisahkan. Jika perlu kita harus bertemu lagi di kehidupan setelahnya. Aku tidak ingin hanya mengingatmu sebagai bagian dari kenangan, tapi kau akan selalu menjadi milikku dan menjadi bagian dari setiap kenangan yang akan kita ukir bersama. Istri dan wanita terindah milik Park Jung Soo dan oemma bagi Junior.”
Butiran-butiran bening mulai menetes dari kelopak mata Eun Hye. Leeteuk mengusapnya dengan meletakkan kedua tangannya di pipi istri kecintaannya. Perlahan wajah mereka saling mendekat dan kecupan lembut di bibir Eun Hye membuatnya sesaat menahan isak tangis dan nafasnya.
“Yoebo, saranghae” bisik Leeteuk lembut di telinga Eun Hye.
“Nado saranghae” balas Eun Hye mantab.
“Hmm...Junior kan sudah tidur, bagaimana kalau sekarang kita membuatkannya seorang adik perempuan?” goda Leeteuk pada istrinya.
“Ya tuan PARK JUNG SOO sejak kapan kau jadi mesum begini?”
“Tentu saja aku boleh melakukan apa pun, kau kan milikku. Kajja..” Leeteuk dengan tiba-tiba menggendong Eun Hye menuju kamar mereka dan menutup pintu dengan keras.
Remember then….
After all we’ve done,
Over the rainbow,
Rise hands up to the sunshine,
Standing under the pouring rain,
We were together…
Please remember me then
After all of the pains,
Over the miseries,
Break down the only heart,
Above the hatred,
We were separated…
Please remember me then
After all happiness,
Over the cheerfulness,
Build the selfishness,
Beyond all minds could reach,
We had done…
I’ll remember you then
~ THE END ~
Akhirnya FF series ini selesai juga, terharu dan sedih akan berpisah dengan castnya T_T
*lebey nih author.
Bagaimana? Perlukah sequel versi Kyuhyun dan Park Sung Chan? Like & Comment dulu yang banyak ya hehehehehe...



No comments:
Post a Comment