Poster by Synyster Vera
Title :
My Beautiful Stalker
Cast:
Kim Ryeowook, Kim Hyonha, Cho Anna, Kim Dong Neul and others.
Genre:
Sweet romance comedy
Rate: PG 15
Author:
Aozora-tomomi
Lenght:
Twoshoot
OST:
Do As Infinity -魔法の言葉 (Mahou no kotoba) - Would You Marry Me
Ada yang kangen ma author ga? ^^ hehehehe... *kemungkinan ga ada >,<.></.>
FF
Persembahan untuk Kim Hyonha (ayo siapa yang namanya kesebut lempar
duit ya). Mianhe jika FF ini sangat lama baru kelar. Semua karena mood
yang susah banget dan kesibukan kerjaan yang menggila. Ini adalah FF
tergaje yang pernah kutulis, entah mood apa yang ada di dalamnya, tapi
semoga masih bisa dinikmati. Selamat membaca readers ^^
*****
[Kim Hyonha]
Ini
adalah kisahku, kisah yang telah mengubah jalan hidupku sejak aku
membuat sebuah keputusan yang ternyata baru kusadari merupakan sebuah
keputusan yang sangat berani. Entahlah, apakah aku harus menyesal
ataukah aku harus bersyukur. Karena yang kutahu saat ini,aku telah jatuh
pada hati seorang bintang yang bersinar terang dan itu tidaklah mudah.
Karena sinarnya terlalu menyilaukan mempengaruhi pandanganku dan
membuatku buta dalam menilai banyak hal. Namun satu hal yang bisa
kupastikan hanyalah, aku tak bisa hidup tanpanya, tak bisa hidup tanpa
mengikuti setiap langkahnya, dan tak bisa hidup tanpa melihatnya
meskipun hanya sesaat.
***
“Jadi, oppa
menikahlah denganku!” teriakan lantangku membuatnya berhenti menjawab
pertanyaan seorang reporter dari salah satu stasiun televisi. Pandangan
yang tadinya fokus pada kamera beralih ke arahku dengan tatapan tajam di
bawah alisnya yang tebal. Semua reporter dan fans yang ada di ruang ballroom hotel tempat press confrence
berlangsung itu menoleh ke sumber suara yang adalah suaraku. Sedetik
kemudian semua kamera mengarah padaku. Ini adalah pemandangan yang
sangat luar biasa pikirku.
Lampu-lampu sorot kamera
menghujaniku dengan sinar yang menyilaukan dan membuatku seolah berada
di atas panggung yang megah. Silau tapi rasanya sangat menyenangkan.
Aliran darahku berpacu dengan detak jantungku. Yeah, aku berhasil
mencuri perhatiannya, tapi juga perhatian semua orang yang ada di
ruangan itu.
“Apakah anda kekasih Kim Ryeowook-sshi?”Pertanyaan
dari salah seorang reporter yang hadir membuatku meneguk ludahku.
Kuedarkan arah pandanganku ke seluruh ruangan ini. Tampak di salah satu
sudut mataku tatapan tajam membunuh dari para fansnya. Namun saat itu ku
dengar sebuah kata-kata dari mulutnya yang membuat lututku lemas. Jika
bukan karena semua kamera sedang mengarah padaku, mungkin aku sudah
pingsan saat itu juga. Satu hal yang tidak lupa kulakukan bahkan mungkin
jika sebelum aku benar-benar pingsan adalah menutup mulutku yang entah
sudah berapa lama menganga. Mungkin karena itulah kerongkonganku terasa
sangat kering.
“Benar, dia adalah kekasih baru saya?” ucap
Kim Ryeowook seketika membuat semua orang berpaling bergantian dariku
dan ke arahnya.
“Mwo? Oppa, itu tidak
mungkin, akulah kekasihmu!” terdengar teriakan histeris dari sudut
ruangan yang lain. Seorang gadis dengan tatapan membunuh tertuju padaku.
“Kisah
kita sudah berlalu nona Cho Anna. Maafkan saya, seperti yang saya
janjikan saya sudah mengklarifikasi dari pihak saya tentang gosip-gosip
yang sedang beredar tentang saya dan nona Cho Anna. Saya rasa sudah
cukup untuk wawancara hari ini.” Ucap Kim Ryeowook tegas lalu
meninggalkan ruangan meninggalkanku dengan perasaan tak terpetakan.
Beberapa detik kemudian, dua orang bodyguard menarikku dan
menuntunku untuk pergi ke suatu tempat yang aku tidak tahu sama sekali.
Pertanyaan-pertanyaan dari banyak reporter mendengung mengikuti di
belakangku seperti kumpulan lebah yang sedang berebut madu. Hanya
senyuman semanis-manisnya yang kusunggingkan agar paling tidak kamera
mendapat gambarku yang terbaik.
“Hyonha-ah mau kemana kau”, kudengar teriakan Heechul oppa di belakangku namun terlalu bising suasana di dalam ruangan itu membuatku tak dapat mendengarnya lagi dengan jelas. Oppaku satu-satunya yang selalu melindungiku setelah appa dan oemma meninggal. Kami hanya hidup berdua, dan oppa terlalu memanjakanku. Hari ini pun oppa
rela bolos kerja dan menemaniku, hanya untuk melihat Kim Ryeowook
seorang bintang yang sudah beberapa tahun ini membuatku gila karenanya.
Ruangan ini begitu luas, seperti sebuah president suite room
dengan interior mewah dan pasti harga sewanya sangat mahal. Kulihat di
dalamnya beberapa orang laki-laki dengan tatapan aneh melihatku dan
menilaiku dari ujung kepala sampai ujung kaki. Termasuk Ryeowook oppa.
“Berikan
saja yang dia minta, lalu biarkan dia pergi dengan syarat-syarat yang
sudah kita sepakati”, ucap seorang laki-laki yang mungkin adalah manager
Ryeowook oppa.
“Jadi berapa banyak yang anda
minta nona, maaf siapa nama anda?” kata-kata Ryeowook oppa terdengar
dibuat-buat. Tunggu dulu, apa maksudnya ini? Aku benar-benar tidak
menyangka serendah itu mereka berfikir tentangku.
“Maaf
saya bukan gadis seperti itu. Anda menilai saya terlalu tinggi”, ucapku
kesal sambil beranjak dari tempatku duduk berniat meninggalkan ruangan
yang menyebalkan ini.
“Tunggu, maafkan kami tapi bukankah
apa yang anda lakukan tadi tujuannya untuk menumpang ketenaran artis
kami?”, ucap laki-laki manajer.
“Jika itu yang kalian pikirkan, artinya kalian sudah melecehkan saya”, jawabku ketus.
“Apakah anda sadar anda bisa kami tuntut nona?”, dengus Ryeowook oppa menatapku dingin.
“Silahkan saja, rekaman seluruh wartawan tadi bisa jadi bukti jika kau, Ryeowook oppalah
yang mengakui bahwa aku jadi kekasihmu. Jadi jika kau mengingkari
kata-kata tadi, skandalmu akan terungkap”, ancamku. “Ah ya, nama saya
Hyonha, Kim Hyonha, ingat baik-baik agar anda tidak lagi mengulangi
sikap semacam ini!”, geramku sambil pergi keluar pintu dengan
mengibaskan rambut panjang bergelombangku dan langsung pergi.
Ketika
pintu di belakangku menutup secara otomatis, kurasakan nafas panas
keluar dari hidungku. Lututku lemas sekali, seperti baru saja mengikuti
ujian negara penerimaan pegawai pemerintahan. Jantungku berdetak tak
beraturan karena sangat gugup. “Hyonha, mati kau kali ini.
Bisa-bisanya kata-kata itu yang keluar dari mulutmu? Bukankah seharusnya
tadi kau hanya perlu berteriak histeris, melompat ke arahnya dan
meminta foto bersama juga tanda tangannya seperti layaknya fans? Babo ya
Hyonha!”, ucapku geram dalam hati menyesali apa yang sudah
kulakukan. Dan besok aku yakin direktur Choi akan punya pelampiasan
kekesalan setelah kalah main billiard melawan Heechul oppa.
*****
“Apakah
jadinya sekarang kau benar-benar menjadi pacar artis idolamu itu?”,
Heechul oppa berdiri diambang pintu kamarku sambil melipat lengannya di
depan dadanya yang kurus.
“Ah molla, dia adalah artis paling sombong diseluruh Korea, tapi aku tetap mencintainya sebagai laki-laki, oppa. Bukan hanya sekedar sebagai idola”, jawabku bersemangat.
“Dengan
sikapnya tadi apakah kau tidak kapok untuk terus membuntutinya? Lagi
pula besok mungkinkah direktur kesayanganmu akan lunak padamu? Aku sudah
cerita dia kalah telak saat main billiard semalam”.
“Tidak sama sekali, justru aku lebih bersemangat. Oppa kan
tahu aku sudah sedekat ini dengannya. Dia satu-satunya artis yang
sangat sulit disentuh oleh reporter manapun, ini adalah tantangan
terbesar untukku. Jadi aku harus bisa menakhlukkannya. Urusan dengan
direkturku biar aku yang mengatasinya. Aku tahu aku mungkin akan
membutuhkan tameng alasan yang bagus”.
“Bisakah kau
selesaikan kuliahmu dan segera lulus saja tanpa harus direpotkan untuk
mengejarnya? Lagi pula dia bukankah sudah melukai harga dirimu tadi?
Apakah tidak ada namja lain yang lebih mudah untuk kau dekati?”
“Oppa,
ini hal yang sangat menyenangkan. Kau tahu, ini seperti bermain petak
umpet dan tarik ulur. Aku yakin perusahaan manajemennya tidak akan
melepaskan berita besar ini dan membiarkan dia bertindak seperti
kemarin. Aku harus melakukannya dan aku malah berfikir bagaimana jika
kita pindah apartemen saja? Kita pindah di apartemen yang sama dengan
Ryeowook oppa. Bagaimana menurutmu oppa?”
“Ternyata bocah itu benar-benar sudah merusak otakmu Hyonha-ah. Terserah saja, tapi mulai sekarang oppa tidak akan ikut campur lagi dengan urusanmu yang berkaitan dengan bocah itu, arra? Kau harus bisa mendapatkannya sendiri. Aku malas jika harus berdebat dengan direkturmu itu.”
“Arrayo, oppa
tidak usah khawatir aku bisa melakukan semuanya sendiri”, ucapku
mantab, meskipun sekilas terbayang dalam benakku apa yang akan terjadi
pada wajah direktur jika tahu aku telah bertindak tanpa berfikir panjang
dan mengacaukan segalanya. Meskipun sedikit frustasi aku tidak ingin
Heechul oppa tahu ini masalah serius. Atau ini akan akan menjadi alasan lain bagi Heechul oppa untuk mengamuk lagi pada direktur yang adalah teman dekatnya.
Kubuka netbookku
dan mulai menulis apa yang terjadi hari ini pada deretan file
tulisan-tulisanku kebelumnya. Setiap detail tidak ada yang kulewatkan
sedikitpun. Tulisan ini seperti rekaman memori dalam otakku. Seperti
janjiku pada manajer Choi, tulisan ini tidak akan kubumbui dengan gosip.
Semua murni dan alami tentang kehidupan Kim Ryeowook.
*****
“Hyonha-ah,
apa-apaan ini huh? Aku yang salah baca atau memang berita taboid ini
sangat dibesar-besarkan?”, direktur Choi Siwon terlihat menyelidik di
balik pertanyaan yang dilontarkannya.
“Umn.. itu hanya
terlintas begitu saja di fikiranku direktur Choi. Siapa tahu aku bisa
menarik perhatiannya. Maaf jika langkah yang kuambil salah. Tapi,
sepertinya aku justru semakin tidak bisa mendekatinya. Tapi paling tidak
liputan di televisi lebih baik karena senyumku terlihat manis”, ucapku
lirih dan menatap direktur Choi dengan sedikit was-was. Khawatir jika
dia akan memarahiku seperti sebelumnya ketika aku gagal membuat
biografi tentang artis senior dan legendaris Bae Yong Jun dan
karenanyalah direktur dan Heechul oppa seminggu tidak saling menyapa.
Benar-benar kekanakan sekali mereka itu.
Direktur Choi terdiam sejenak dengan tatapan tajam yang seolah dapat melubangiku menembus setiap inch kulitku.
Jantungku seperti dipompa untuk berdetak sangat cepat membuat produksi
keringat dingin meningkat karena adrenalin yang menderu. Kuteguk ludahku
sendiri seiring detik-detik waktu yang berlalu, bergerak lambat.
Terlalu lambat bagaikan adegan slowmotion dalam sebuah film
aksi laga. Terlintas berbagai macam alasan untuk membela diri atas
tindakan cerobohku kemarin yang sudah kususun sejak semalam. Tentu saja
alasan-alasan itu yang akan kulontarkan ketika reaksi direktur Choi
meradang lagi. Biasanya ini akan berhasil dan semoga kali ini juga akan
berhasil. Ketika kubuka mulutku untuk bicara lebih dulu. Direktur Choi
terlihat mengatakan sesuatu yang diluar dugaan dan membuat mulutku
menganga.
“BRAVO..BRAVO Hyonha-ah, kau
memang brilian. Dari mana kau dapat ide seperti ini? Kenapa tidak
terpikir olehku..ckckckckck... tidak salah aku memilihmu!”, reaksi
direktur Choi benar-benar membuatku hanya bisa membuka mulutku dan tanpa
sadar terus bertahan dengan pose itu. Andai saja tidak ada nyamuk yang
entah dari mana datangnya, mengganggu kesenanganku dan menyadarkanku
melihat reaksi direktur Choi, mungkin selamanya aku akan membeku pada
pose aneh itu tanpa sadar. Hanya saja, nyamuk itu benar-benar terlalu
ekstrim melakukannya hingga aku terbatuk dan tenggorokanku tercekat
karena menelannya.
“Hukhukhuk..., dasar nyamuk tidak tahu diri”, geramku.
“Gwenchana? Kau sepertinya kelihatan sangat mengerikan dengan ekpresi tersedakmu Hyonha-ah?”, ucap direktur Choi berbasa-basi sambil menyodorkan air putih dalam gelas yang ada di mejanya.
“Ah gwenchana direktur
Choi, aku hanya sedang kena radang”, dustaku sambil meneguk air yang
diberikannya. Kulirik wajahnya yang sedang menahan pecahnya tawa dari
mulutnya seolah memang paham situasiku.
“Terima kasih airnya segar sekali dan dingin”, sambungku mengomentari air yang sudah kuteguk habis. “Ternyata aku haus juga”, batinku.
“Ah
itu mungkin karena airnya sudah sejak kemarin dan terkenan pendingin
ruangan, jadinya terasa dingin”, ucap tuan Choi santai dan sukses
kembali membuatku terbatuk dan mual.
“Aku permisi saja
kalau begitu direktur. Saya sudah serahkan laporan awal di meja anda
tentang detail rencananya”, sebelum aku lebih mual lagi kuputuskan saja
pergi dari ruangannya. “Air kemarin katanya? Cih mungkinkah itu air minum yang masih steril?”, bisikku komat-kamit menuju toilet di ujung lorong kantor penerbit yang dipimpin direktur Choi ini.
“Ah iya, aku titip salam untuk oppamu.
Tolong bilang padanya, seharusnya dia tidak marah lagi dan masih
bersikap kekanakan, atau minggu depan dia tidak perlu datang ke klub
untuk acara gathering dan kehilangkan kesempatan untuk bertemu pujaan hatinya artis cantik Hye Rim.”
Ucapan
direktur kali ini lebih seperti ancaman untuk kakakku atas sikap
terakhirnya. Kupikir mereka sama-sama masih sangat kekanakan. Tapi,
bagaimanapun juga, aku sangat berterima kasih pada direktur Choi. Selain
Heechul oppa, direktur Choi adalah penyelamatku. Karena dia
aku bisa punya kesempatan untuk mewujudkan impianku menjadi penulis.
Direktur Choi menerima novel pertamaku dengan baik dan menerbitkannya.
Meskipun itu novel baru, aku tidak menyangka sambutan dari para pembaca
dan penggemar novel sangat baik. Semua berkat direktur Choi yang bahkan
bersedia menjadi editor untuk novel itu. Dan sekarang, dia memintaku
melakukan proyek darinya, selama aku belum berhasil menggali ideku untuk
membuat novel baru. Proyeknya adalah untuk membuat biografi sang
bintang baru yang sedang terkenal Kim Ryeowook, seorang penyanyi
bersuara emas dan seorang aktor yang hebat di usianya yang masih muda.
Dan hebatnya lagi, Kim Ryeowook adalah inspirasi setiap cerita yang
kutulis selama ini. Selain itu, aku adalah seorang yang sangat
mencintainya karena aku adalah fans beratnya.
Awalnya aku
hanya harus mewawancaranya, meminta ijinnya dan menulis kisah kehidupan
pribadinya. Namun Kim Ryewook adalah artis yang sangat luar biasa, dia
sangat rapat menyimpan semua kisah hidup pribadinya, bahkan sahabat atau
teman-temannya tidak ada yang berani membuka mulut. Ryeowook oppa
juga seorang artis yang sikapnya sangat eksentrik terhadap media mana
pun. Intinya dia adalah orang yang sangat tertutup. Hampir putus asa
karenanya, jadi kupikir kenekadanku kemarin cukup beralasan.
*****
[Kim Ryeowook]
“Ryeowook-sshi,
kau tidak bercanda dengan pernyataanmu kemarin kan? Apa benar gadis itu
adalah kekasihmu selama ini?”, Direktur Park Jung Soo memberondongiku
dengan semua pertanyaannya.
“Direktur Park, maafkan saya.
Itu masalah pribadi saya. Tapi saya akan menjamin bahwa ini tidak akan
mempengaruhi komitmen saya yang tertera dalam kontrak.”
“Apakah
tidak bisa kau jujur padaku sedikit saja tentang semua ini? Kehidupan
pribadimu, gosip hubunganmu dengan Cho Anna sudah sangat menyebar, dan
sekarang pacar baru?? Seharusnya kau berfikir sebelum memberikan
pernyataan yang kontroversial di hadapan media. Aku tidak kesal karena
aku tahu semua ini hanya omong kosong, tapi seharusnya kau tidak
berbohong pada publik. Aku akan mengatasinya, tapi ingat kau jangan
pernah melakukan hal yang sama lagi. Semua hal yang berkaitan dengan imagemu akan mempengaruhi perusahaan ini. Bisakah aku mengandalkanmu?”, kata-kata panjang lebar direktur Park membuatku merinding.
Tatapan
matanya yang tegas dan berwibawa membuatku menganggukkan kepala tanpa
sadar. Dia akan mengatur semua dan memperbaiki keadaan yang sudah
kukacaukan. Caraku, ketika menawarkan bayaran bagi gadis itu dinilainya
tidak baik. Meskipun harus membayarnya, menurut direktur Park aku harus
menawarkan kerjasama yang sama-sama menguntungkan. Jadi, kelak tidak
akan ada masalah susulan yang akan menggangguku. Direktur Park
benar-benar sangat berkelas. Aku sangat beruntung bisa ditemukan olehnya
dulu, jauh sebelum debutku di dunia hiburan. Aku yang hanya anak miskin
dan hanya punya segudang mimpi untuk mengganjal perut. Karena direktur
Park aku berhasil dengan kerja kerasku sendiri dan berusaha untuk
menebus penderitaan yang ditinggalkan appa terhadap hidupku dan juga oemma serta Kim Dong Neul adik perempuanku.
“Lalu
sekarang apa yang sedang kau lamunkan? Lebih baik pulanglah dulu,
sementara menghindar dari liputan media yang sedang haus akan informasi
tentangmu. Nanti aku kabari lagi perkembangannya dan apa yang harus kau
lakukan”, ucap direktur Park masih dengan ketegasan suaranya yang selalu
membuatku segan dan menghormatinya.
“Baiklah direktur
Park, aku pergi dulu”, ucapku lemah berpamitan dan pergi meninggalkan
direktur Park sendiri di ruangan kerjanya.
Sambil berjalan
pikiranku masih berkecamuk tentang apa kemungkinan strategi yang akan
dilakukan direktur Park untuk memperbaiki keadaanku. Sebenarnya ini
bukanlah masalah yang rumit, tapi direktur Park benar-benar seorang
pebisnis yang sangat cermat. Dia akan berusaha menyelesaikan setiap
masalah yang muncul dengan kepala dingin dan tidak akan merugikan siapa
pun terutama bisnisnya.
Semua ini gara-gara gadis aneh
itu. Entah mengapa tiba-tiba saja bayangan wajah dan penampilannya
muncul di benakku. Gadis yang sangat tidak biasa, kaos longgar yang
melekat di tubuhnya di balik jas panjang berwarna salemnya waktu itu.
Rambutnya digerai panjang dan bergelombang, matanya bulatnya sangat
cermerlang dengan wajah sedikit kekanakan namun menunjukkan kesan ceria.
Itulah yang kutangkap dari pertemuan singkatku dengan gadis aneh yang
tiba-tiba melamarku di depan semua wartawan. Dia mungkin hanya seorang
fans yang sangat menyukaiku, tapi dia benar-benar nekad. Sebanyak itukah
dia menyukaiku?
Masih sambil terus berfikir terasa
langkah kakiku sudah membawaku ke depan pintu apartemen pribadiku.
Teringat ketika tadi aku menyetir mobil dengan begitu banyak fikiran
yang berlarian dalam kepalaku. Untung saja aku tiba di apartemen dengan
selamat. Kutekan tombol kode kunci pintu apartemenku dan melangkah
masuk. Pintu apartemen perlahan menutup otomatis di belakangku, tapi tak
kudengar bunyi pintu menutup. Sebagai gantinya justru kudengar suara
gaduh yang berasal di luar pintu di belakang tubuhku yang membuatku
spontan menoleh ke arah datangnya suara.
*****
[Kim Hyonha]
“Aduh!”,
pekikku dengan suara gaduh. Kupandangi seseorang yang baru saja
bertabrakan denganku di lorong menuju lift di luar kantor direktur Park
Jung Soo. Seorang gadis yang tingginya hampir sama denganku.
Penampilannya sangat menarik, tapi di sudut matanya terlihat jelas
perasaan bencinya yang ditujukan padaku.
“Apakah kau tidak
pernah diajarkan untuk menggunakan matamu dengan benar oleh orang tuamu
huh?”, ucapan sinis keluar dari bibir penuh gadis di hadapanku.
Kuusap
ubun-ubun kepalaku yang tadi membentur dahinya. “Kau tahu nona, kaulah
yang seharusnya belajar menggunakan matamu. Jelas-jelas tadi kau yang
melamun. Aku baru saja mau menghindar tapi kau menabrakku”, jawabku
membela diri.
Gadis di hadapanku terdiam seolah tak
perduli dengan alasan yang kuucapkan tadi, namun terlihat matanya sibuk
menyelidik penampilanku dari ujung kaki sampai ujung kepala. Matanya
menyusur setiap senti kulitku dan berjalan memutar mengelilingiku
seperti seorang juri yang menilai kontestan ajang kompetisi modeling.
Sesekali keluar decakan dari bibirnya dan dengan sikap sombong menilai
penampilanku.
“Jadi kau yang digosipkan sebagai kekasih Ryeowook oppa?
Kau pikir kau bisa merebutnya dariku? Kau sedang bermimpi, dasar gadis
kampungan! Lihat saja penampilanmu, apakah dengan penampilan seperti itu
kau pikir bisa menakhlukkan hati Ryeowook oppa?”, serentetan
pertanyaan memuakkan keluar dari mulut gadis tidak berperasaan ini.
Kuakui dia berwajah lumayan, tapi sikapnya benar-benar membuat tanganku
tidak sabar untuk membuat sebuah bekas tapak sakti merah di pipinya yang
mulus.
Kutahan diri untuk tidak bersikap kekanakan karena
kekesalanku. Untuk menghadapi gadis angkuh seperti dia aku tidak boleh
mudah terpancing. Kupandangi dia sesaat dan wajah gadis ini tidak asing
dalam ingatanku. Gadis yang sama waktu itu juga ada di ballroom hotel tempat press conference berlangsung. Dia artis pendatang baru yang baru-baru ini digosipkan menjalin hubungan cinta dengan Ryeowook oppa. Mungkinkah alasan Ryeowook oppa mengadakan klarifikasi melalu press conference saat itu adalah karena gosipnya dengan gadis angkuh ini?
“Nona, apa telingamu kurang dibersihkan sehingga pendengaranmu tidak maksimal? Ryeowook oppa
sendiri yang sudah mengatakan pada semua orang bahwa aku adalah
kekasihnya. Dan kau sepertinya juga hilang ingatan atau pura-pura lupa?
Ketika Ryeowook oppa menolakmu, ah bukan memutuskanmu di depan banyak orang. Atau akan kuingatkan jika kau benar-benar lupa.”
“Mwo?
Apa kau bilang?! Aishhh, gadis ini sungguh sangat berani bicara seperti
itu padaku. Kau belum tahu siapa aku? Aku bisa menghancurkanmu hanya
dalam waktu singkatdan dengan cara yang tak terduga. Aku akan
mengawasimu gadis dekil. Berhati-hatilah”, ucapnya dengan seringai sadis
dari bibirnya yang tipis.
Sesaat bulu kudukku meremang
ketika senyumnya sampai dalam jarak pandang mataku dengan cukup dekat.
Seringai itu lebih mengerikan daripada seringai milik Heechul oppa.
Gadis yang kutahu bernama Cho Anna itu berlalu meninggalku setelah
merusak mood pagiku yang memang sudah sedari tadi tidak terlalu baik.
*****
[Kim Ryeowook]
Kulihat
buku-buku itu berserakan di lantai depan pintu. Sebuah kaki dibalut
snikers putih menyembul dari baliknya menahan pintu agar tetap terbuka.
Neul adikku terlihat bersusah payah mendorong daun pintu yang berat
dengan tubuhnya yang mungil.
“Oppa, apakah kau
hanya akan memandangiku saja?”, gerutunya kesal. Wajahnya tampak
menggemaskan setiap kali dia menggembungkan pipinya.
“Kau
ini, membeli buku sebanyak ini lagi? Mau kau taruh di mana nanti semua
buku-buku ini? Lama-lama rumah ini berubah menjadi perpustakaan.”
“Kan aku sudah bilang oppa, kau harus merelakan ruang tengah sebagai perpustakaan keluarga.”
Kubantu
Neul memungut buku-buku barunya yang berserakan di lantai dan
membawanya ke ruang tengah apartemen kami. Kupandangi dia dengan sangat
cekatan menata buku-buku barunya ke dalam kabinet dan rak-rak yang ada
di ruangan ini. Neul akan lebih memilih duduk berjam-jam di taman, di
ruang ini atau di cafe langganannya untuk membaca semua buku yang
dibelinya daripada pergi berbelanja atau sekedar hang out dengan teman-teman sebayanya.
Sebuah
buku warna kelabu dengan gambar sampul depannya dihiasi huruf-huruf
keperakan menarik perhatianku. Buku itu terletak di susunan rak atas
yang artinya itu adalah buku yang lebih baru dari yang ada di rak
bawahnya. Begitulah Neul menata semua koleksi buku-bukunya. Buku yang
sudah bisa dipastikan sebuh novel itu tidak terlalu tebal, namun nama
penulis yang tertera di sampul itu membuatku sangat tertarik. “Banhanaa
Cubbiey”, bisikku mengejanya perlahan dengan perasaan aneh. “Nama yang aneh, mungkinkah ini novel terjemahan seorang penulis asing?”, batinku menduga dengan asal.
“Bukan oppa, dia penulis pendatang baru, itu novel debutnya. Kau tahu oppa
dia penulis yang sangat jenius?”, Neul menengok padaku dan mengendikkan
kepalanya ke arah beberapa buku yang masih berserakan di lantai untuk
kupungut lagi dan merapikannya di rak yang paling atas. Bagian rak yang
sulit dijangkau oleh tinggi tubuhnya yang hanya sebatas pundakku. Anak
ini seolah tahu apa yang ada di benakku.
“Namanya tidak mudah diucapkan. Apakah itu hanya nama samaran saja?”, tanyaku penasaran.
“Tentu saja oppa,
banyak penulis yang menggunakan nama pena mereka, seperti artis atau
selebritis yang menggunakan nama panggung. Buku itu baru selesai ku baca
untuk ke sekian kali, ceritanya sangat hidup, seolah sang penulis
mengalami setiap kejadian di dalamnya. Atau seolah itu seperti buku diary-nya”.
“Benarkah?
Kau terlalu berlebihan kan Neul? Baiklah jika kau suka nanti aku coba
membacanya”, kutinggalkan dia sendiri berkutat dengan buku-buku barunya.
Bisa dipastikan setelah ini tidak akan banyak suara di dalam rumah sepi
ini, karena dia akan tenggelam dalam semua buku-buku barunya. Beberapa
novel koleksinya pernah juga ku baca, hanya jika Neul memberikan
rekomendasi ceritanya bagus. Dan sebagian besar buku yang dia
rekomendasikan memang novel laris dan juga memiliki cerita menarik.
Kubawa buku kelabu itu ke kamarku. Sekilas, sebelum akhirnya kubuka dan kubaca isinya, kulirik judulnya “Rainy Tokyo”.
Bagiku judul novel ini hanya seperti novel-novel romantis lainnya dan
tebakankku begitu juga isinya. Aku lumayan suka membaca juga, meskipun
tidak seperti adikku yang lebih seperti maniak buku. Anehnya Neulku
tidak pernah memiliki masalah dengan matanya meskipun dia terlalu sering
membaca. Ini terbukti dia tidak pernah sekali pun memakai kaca mata
seperti penampilan para kutu buku yang biasa di gambarkan dalam film
atau drama televisi. Neul bahkan jauh lebih modis dibandingkan
gadis-gadis usianya dari segi penampilan. Benar-benar penampilan yang
tidak menunjukkan ciri-ciri seorang maniak buku.
Kubalik
halaman demi halaman dalam novel milik Neul. Pada part awal novel ini
memang seperti buku harian seorang gadis. Pemeran utama dalam Rainy Tokyo
adalah seorang gadis yang hidup sebatang kara sebagai pengantar susu di
kota besar berpenduduk padat seperti Tokyo. Gadis dalam cerita itu
bernama Lee Yeon Hae. Hidupnya yang terbuang karena perilaku ayahnya
yang sangat brutal karena gangguan psikis dan dilengkapi dengan
meninggalnya sang ibu ketika usianya masih 5 tahun. Hidup menghabiskan
masa kecil bersama ayah yang kasar dan pemabuk, membuat Yeon Hae
memutuskan lari dari rumah dan hidup di jalanan sejak usia 7 tahun.
Yeon
Hae hampir menjadi korban perdagangan anak dan berhasil diselundupkan
sebagai imigran anak ilegal ke Jepang. Setelah berhasil melarikan diri
dari cengkraman sindikat yang akan menjualnya Yeon Hae kembali hidup di
jalanan Kota Tokyo dan belajar berkomunikasi dengan lingkungannya
sendiri di usia yang seharusnya dinikmatinya sebagai seorang gadis kecil
yang sedang tumbuh.
Saat mengembara sebagai anak jalanan
inilah Yeon Hae bertemu dengan Naoki seorang remaja laki-laki yang
dengan latar belakang keluarga yang sangat berbeda. Ayah Naoki adalah
pengusaha jasa layanan antar susu segar di pagi hari. Naoki perlahan
membantu kehidupan Yeon Hae menjadi lebih baik. Dari upah mengantar
susu, Yeon Hae bisa hidup lebih layak. Novel ini sampai hampir tengah
halamannya berisi kisah kehidupan Yeon Hae dan kisah percintaannya
dengan pemuda Naoki. Dengan konflik yang tidak biasa dengan diwarnai
kekerasan, karena Naoki memiliki sikap sama dengan ayah Yeon Hae.
Diselingi dengan banyak cerita memilukan dan diwarnai juga dengan
pelecehan yang dilakukan Naoki terhadap Yeon Hae.
Saat
membaca halaman demi halaman, entah mengapa aku tak bisa berhenti dan
beranjak dari tempatku. Aku tidak ingat sudah berapa lama aku membacanya
sampai saat suara oemma menyadarkannku dari pengaruh hipnotis novel ini dan memanggilku untuk makan malam.
“Hhmm, novel yang menarik dan tidak biasa”,
pikirku. Belum pernah aku membaca novel yang ditulis begitu hidup.
Seperti menuliskan sebuah biografi seorang Lee Yeon Hae yang diramu
menjadi kisah hidup, seolah gadis bernama Lee Yeon Hae benar-benar ada.
“Apakah aku tidak akan makan malam bersama kami?”, suara oemma yang kini berdiri di ambang pintu kamarku membuyarkan konsentrasiku terhadap cerita dalam novel ini.
“Nde oemma, aku segera datang”, jawabku enggan melangkah turun dari tempat tidurku dan melempar novel yang baru setengah kubaca.
Di
ruang makan kulihat Neul sudah memulai makan tanpa menungguku duduk.
Dia terlihat sangat gembira dan lahap memamkan makanan di piringnya.
“Jadi apakah oppa
tertarik dengan dengan kisahnya? Itu buku terbaru yang paling sering
kubaca. Sudah 4 kali aku membacanya sejak membelinya. Banhanaa Cubbiey
itu penulis favoritku oppa, dia juga punya blog pribadi. Sudah
banyak tulisan yang dia hasilkan di sana meskipun tidak dipublikasikan
secara komersial”, ucap Neul sambil mengunyah selada yang baru
dimasukkannya ke dalam mulut mungilnya.
“Makanlah pelan-pelan Neul”, tegur oemma padanya
yang membuatku geli dengan ekspresi berapi-apinya setiap dia
membicarakan buku rekomendasinya padaku. Taruhan demi apa pun dia tidak
akan berhenti menguliahiku tentang penulis kesukaannya sampai aku
memberikan apresiasi yang bagus untuk buku rekomendasinya.
“Iya,
iya aku sudah membacanya tapi belum selesai. Apakah menurutmu buku itu
tidak terlalu tua untuk usiamu?”, tanyaku padanya yang hampir tersedak
sup pasta kedelai yang disesapnya.
“Yakhh oppa,
buku itu tidak vulgar, meskipun ada cerita tentang kekerasan dan
pelecehan seksual, penulisnya tidak menggambarkannya dengan asal dan
serampangan. Dia si Banhana Cubbiey itu menuliskan dengan bahasa kiasan
yang menarik. Juga pelajaran yang kita dapat dari ceritanya benar-benar
luas biasa menginspirasiku. ‘Meskipun langit runtuh dan tidak ada
yang menganggapku ada, aku akan tetap berdiri pada kedua kakiku. Karena
hidupku adalah keputusanku’, kata-kata itu sangat luar biasa kan?”, Neul masih tidak berhenti menceramahiku seperti biasanya.
Oemma hanya
diam memperhatikan kami sambil sesekali tersenyum simpul dan
menggelengkan kepalanya ketika mendengar perdebatan kami. Ini sudah
menjadi makanan sehari-hari bagi oemma.
*****
[ Kim Hyonha]
“Jadi
apakah bisa diterima tawaran ini nona Kim Hyonha?”, pertanyaan direktur
Park Jung Soo sedikit membuatku syok. Demi apa pun yang bisa kujadikan
jaminan sumpahku, hari ini semua berubah seratus delapan puluh derajat
dengan pagi yang menyebalkan tadi. Tiba-tiba saja, bagaikan sinar
mentari yang menyinari dunia kegelapan semua tampak serba mudah. Mungkin
aku sedikit berlebihan menggambarkannya, tapi bagaimana jika kau bahkan
tak perlu berusaha keras untuk menemukan pintu masuk dan pintu itu
sudah disediakan untukmu tanpa harus kau cari atau kau minta.
Jika
direktur Park Jung Soo yang sangat tampan ini belum punya istri,
mungkin aku sudah menghambur ke arahnya dan memeluknya erat. Direktur
Park menawarkanku kerjasama sebagai kompensasi atas sikap artisnya yang
tidak semestinya beberapa waktu lalu. Aku berhak untuk mendapatkan
cerita eksklusif atas biografi seorang Kim Ryeowook, dengan catatan aku
harus menggali semua informasi tentang kehidupannya sendiri dan
melaporkannya pada direktur Park Jung Soo. Tentu saja, jika pada
akhirnya Ryeowook oppa tidak setuju untuk mempublikasikan karyaku maka semua harus dihentikan. Dan ijin itu harus kudapatkan langsung dari Ryeowook oppa.
Direktur Park juga memberikan jalan agar aku bisa lebih dekat dengan Ryeowook oppa
dan bisa memiliki kesempatan menggali sebanyak-banyaknya cerita juga
kesempatan untuk meminta ijinnya untuk menulis biografinya dengan
menyewakan apartemen di lingkungan yang sama dengan Ryewook oppa.
Betapa bagaikan kejatuhan durian runtuh, semua ini seperti mimpi.
Meskipun syarat yang diajukan direktur Park justru membuatku semakin
lengkap merasakan semua kabahagiaan ini. Aku harus berpura-pura menjadi
kekasih Ryeowook oppa. Karena pernyataan Ryeowook oppa
waktu itu telah membuat banyak rumor yang menyebabkan perusahaan
manajemen ini kalang kabut menanggapinya, maka konsekuensinya kami harus
berpura-pura berpacaran untuk waktu tiga bulan ke depan. Waktu ini
diestimasikan agar bahwa para wartawan juga reporter sudah tidak akan
penasaran lagi dan tidak terlalu antusias mengejar berita tentang “pacar
baru” Kim Ryeowook ini. Setelahnya, kami bisa mengumumkan berita
perpisahan secara terbuka dengan alasan yang akan diatur kemudian.
Meskipun
syaratnya sedikit menyesakkan karena ada batas waktu yang ditentukan,
aku merasa ini kesempatanku untuk bisa lebih dekat dengan Ryeowook oppa.
Artinya, dalam waktu tiga bulan aku harus bisa menggali
sebanyak-banyaknya informasi dan kisah hidupnya untuk bisa kujadikan
bahan tulisanku. Beruntungnya aku karena aku bisa melakukan observasi
langsung terhadap kehidupannya juga keluarganya sehari-hari. “Kyaaaaaaa, membayangkannya saja jantungku sudah mau meledak, bagaimana nanti jika aku akan sering bertemu dengannya”,
tentu saja ini bisikan dalam hati saja. Pipiku terasa sedikit memanas.
Aku tidak akan mungkin menunjukkan betapa aku sangat menantikan
kesempatan emas semacam ini datang. Aku bahkan tak berani bermimpi. Aku
tentu akan menerimanya, itu pasti. Tapi, aku tidak mungkin terlihat
bodoh di hadapan direktur Park dan mengakui semua dengan gamblang
tentang perasaanku dan dengan tergesa-gesa menyetujui tawarannya.
“Saya
rasa saya harus membicarakan ini dengan pihak manajemen saya, dan saya
juga membutuhkan waktu untuk berfikir dengan matang tentang keuntungan
dan kerugian bagi kedua belah pihak”, ucapku sedikit jual mahal pada
direktur Park yang langsung mengrenyitkan alisnya ketika mendengar
jawabanku dan melihat reaksiku.
“Tepat, ayo memohonlah
direktur Park maka ini tidak akan lama untuk menjadi keputusan mutlak
jika aku akan menerima. Karena sebenarnya aku tidak perlu persetujuan
direktur Choi untuk keputusan ini”, batinku merasa di atas angin dengan situasi yang menguntungkan ini.
“Maaf
nona Kim Hyonha saya tidak bisa memberikan lebih banyak waktu, karena
ini mendesak. Kami harus menyusun banyak rencana untuk menyelesaikan
permasalahan ini, dan kami tidak ada waktu lagi sebelum pengumuman resmi
kami buat. Jika anda tidak mau menyetujuinya maka kami akan menyerah
saja dan melakukan pengakuan kejujuran kepada publik tentang pernyataan
Ryeowook-sshi. Meskipun saya tahu itu akan menghancurkan
karirnya. Apakah itu yang kau inginkan? Seorang bintang yang berbakat
seperti dia harus tenggelam karena skandal yang disebabkan oleh seorang
penulis yang dengan sembarangan mengucapkan kata-kata lamaran di depan
publik? Dan Ryeowook-sshi akan menanggung ini selama hidupnya. Dan anda tentunya juga akan terkena imbasnya.”
“Deg”
jantungku kembali rasanya seperti hampir berhenti berdetak. Tidak
kusangka direktur Park tau strategiku untuk bersikap jual mahal. Otakku
berfikir tidak karuan dan menimbang setiap kemungkinan yang akan terjadi
seperti yang sudah diucapkan direktur Park. Tentu saja bukan seperti
itu yang aku inginkan. Aku hanya ingin sedikit mengulur waktu dan
memberi pelajaran pada Ryeowook oppa agar tidak bersikap arogan lagi seperti waktu itu saat di hotel.
“Aaahh..
ahh..iya direktur Park saya rasa anda ada benarnya”, ucapku bimbang
akhirnya menyetujui kata-kata direktur Park Jung Soo.
“Nah
jika begini kan lebih enak kedengarannya”, senyumnya mengembang
seketika mempertegas lesung pipi yang sangat indah di wajahnya.
“Tapi..tapi,
kan saya belum setuju dengan syaratnya?”, aku terbata ketika direktur
Park sudah melangkah mendekatiku sambil mengulurkan beberapa lembar
kertas. Kubaca sekilas judul besar yang tertera di bagian paling atasnya
‘Surat Perjanjian’.
“Apakah kau masih ragu?”, tanyanya
sambil tersenyum sangat menawan dengan kerlingan mata sebelahnya. Semua
boleh bilang aku gila, tapi aku memang hampir gila berhadapan dengan
direktur-direktur yang ketampanannya di atas rata-rata seperti halnya
direktur Choi. Tentunya aku akan lebih gila jika tidak mengambil
kesempatan ini.
Kuraih lembaran kertas itu dan membacanya
dengan seksama. Hanya untuk berjaga-jaga jika seandainya ada poin-poin
yang akan membuatku tersiksa. Semua yang tertera dalam kontrak sama
dengan yang sudah dijelaskan oelh direktur Park.
“Baiklah
aku setuju”, ucapku sambil membubuhkan tanda tangan dan cap pribadiku,
diikuti direktur Park yang melakukan hal yang sama.
“Senang bekerjasama denganmu nona Hyonha. Kau bisa mulai bekerja besok. Aku akan mengatur press release
terkait dengan klarifikasi gosip tentang kalian. Tiga bulan mejadi
kekasih Kim Ryeowook dan menuliskan biografinya dengan melakukan
observasi langsung bukankah itu kesempatan langka? Nah, selamat mencoba
dan bersenang-senang”, ucap direktur Park berusahssa menyemangatiku,
namun ucapan semangat itu sedikit terdengar seperti ‘Jika kau tidak bisa, kau akan kalah dan menanggung kosekuensinya’.
*****
[Kim Ryeowook]
“Museun malseum issemnika?”
(trans: apa yang anda katakan) aku benar-benar tak percaya dengan yang
baru saja dikatakan direktur Park Jung Soo. Aku harus berpura-pura
pacaran dengan gadis aneh itu??? Dan, dan yang baru saja dibicarakan
direktur Park pasti salah. Atau telingaku yang bermasalah. Gadis itu
seorang penulis novel?? Aku tidak pernah mendengar namanya sebelumnya.
Dan buku atau tulisannya belum pernah ada yang kubaca satu pun.
“Jadi, kau tidak bisa menolak Ryeowook-sshi. Ini sudah jadi keputusanku dan kontrak sudah ditandatangani. Besok pagi aku akan mengeluarkan press realease
dan, oh iya jangan lupa bersikaplah baik padanya. Ini hanya selama tiga
bulan, dan ini juga akan menjadi promosi yang baik untukmu jika
biografimu sudah terbit nanti. Apakah bisa dimengerti?”. Inilah direktur
Park yang keputusannya tidak pernah bisa dibantah, terutama jika itu
berkaitan dengan bisnisnya. Aku hanya bisa mengangguk lemah menyetujui.
*****
Aku
berjalan gontai disamping Neul yang terlihat sangat riang sejak pagi.
Celotehannya tentang penulis bernama Banhanaa Cubbiey ketika sarapan
tadi sukses membangunkanku dari mimpi anehku tentang yoeja bernama Kim
Hyonha. Neul bercerita pada oemma dengan penuh semanggat
setelah semalam dia menemukan foto asli dari sang penulis dengan nama
samaran itu di blog pribadinya. Dia terus bercerita itu berulang-ulang
dan ingin sekali jika diberi kesempatan untuk bisa bertemu dengan
penulis itu. Mungkin sekali jika mimpi anehku tentang gadis aneh itu
datang setelah kulanjutkan membaca novel Rainy Tokyo yang
ditulis oleh penulis itu kemarin, tapi aku tidak melihat ada korelasi
antara cerita dalam novel dengan gadis yang ada di mimpiku.
“Oppa aku benar-benar senang, ternyata ounni
si penulis itu sangat dekat. Karena dia ada di Seoul. Semalam aku
mengintip di blognya dan dia membuat post tentang dia yang sedang berada
di Seoul dan berencana bertemu seorang artis berbakat yang menjadi
idolanya hari ini. Kira-kira siapa artis idolanya itu ya? Aku sangat
penasaran?”, ucap Neul sambil tersenyum sepanjang jalan. Sifatnya yang
periang dan manis membuatku selalu tidak bisa mengacuhkannya.
“Uhmmm.. molla Neul-ah”, jawabku singkat.
“Oppa.., kajja
kitta ke taman, selain kau bisa menghirup udara segar juga bisa membaca
dengan tenang di sana”, Neul menarik pergelangan tanganku dan
mengajakku duduk di sebuah bangku di bawah sebuah pohon rindang.
Setiap
ada waktu luang, meskipun tidak rutin aku selalu menemani Neul ke taman
ini sekedar menungguinya membaca buku berjam-jam atau hanya sekedar
melihatnya membuat sketsa gambar di buku sketnya. Kebiasaan dan rasa
sayangku yang mungkin berlebihan pada Neul-lah yang akhirnya membuat
Anna meninggalkanku dengan laki-laki lain. Sebelum Anna juga menjadi
artis dari manajemen yang sama denganku dia adalah temanku di kampus.
Dia selalu mengeluhkan merasa bosan jika kuajak menemani Neul ke taman
ini. Waktu itu aku mungkin belum sesibuk ini. Tapi setelah semuanya
berubah, ketika perusahaan memberiku apartemen dan membuatku merilis
album pertamaku, kemudian aku bermain dalam drama. Hidupku berubah,
impianku tercapai dan aku bisa menjaga dua hal penting dalam hidupku
yaitu oemma dan Neul. Tapi Anna terlanjur bersama aktor pendatang baru yang disebut-sebut sebagai next
Bae Yong Jun bernama Cho Kyuhyun itu. Aku tahu perasaanku belum
sepenuhnya menghilang, tapi aku sudah muak dengan sikapnya yang bahkan
tak bisa akur dengan Neul. Anna selalu berkata kalau Neul anak yang aneh
bahkan dengan kasar menyebut Neul anak autis hanya karena Neul suka
sekali membaca dan menikmati setiap apa yang dilakukannya. Setelah appa, tidak akan ada orang yang akan aku ijinkan untuk menghina atau menyakiti Neulku.
“Neul-ah, bagaimana dengan penulis Rainy Tokyo
itu menurutmu? Kau bilang sudah melihat wajahnya kan?”, bisikku pelan
takut mengganggu konsentrasinya yang sedang menggambar sket dengan obyek
seekor kupu-kupu yang sedang hinggap di atas setangkai chrysanthemum putih di hadapannya.
“Uhm..”,
jawabnya pelan, dan langsung menghentikan aktifitasnya. Wajahnya yang
tirus menatapku tajam dengan pandangan penuh gejolak semangat yang lebih
dari biasanya. Dia sangat suka topik ini aku singgung. Dan taruhan,
demi apa pun dia akan bercerita lagi mengulang semuanya.
“Oppa, Banhanaa Cubbiey ounnie
sangat cantik. Meskipun dia belum merilis nama aslinya juga sedikit
biografi atau data dirinya tapi aku yakin dia orang yang dekat.” Ucap
Neul semangat.
“Orang yang dekat, apa maksudmu Neul-ah?”
“Oppa, aku seperti sering melihat wajah itu tapi entah dimana aku lupa”, jelasnya sedikit ragu.
“Benarkah? Apakah mungkin dia tinggal di lingkungan apartemen kita?”
“Molla oppa. Uhmm.. kenapa memangnya? Oppa juga penasaran? Aaahhh, oppa sudah membaca semua sampai selesai ya kan? Reaksi oppa sama denganku pertama kali membaca novel itu. Kau tahu oppa, aku bahkan tidak bisa berkata apa-apa lagi. Aku langsung jatuh cinta dengan tokohnya juga ounnie penulisnya. aku bahkan menangis semalaman setelah membaca akhir ceritanya”.
“Ya Neul-ah, apakah kau tahu berapa umurnya? Kenapa kau memanggilnya ounnie?”
“Karena aku tahu, aku merasa harus memanggilnya begitu.”
Neul
memang terkadang aneh tapi bagaimanapun dia adikku satu-satunya. Sambil
membiarkannya melajutkan sketsanya aku kembali berkutat pada Rainy Tokyo
dan tanpa kusadari aku sudah tenggelam lagi dalam ceritanya. Cerita
yang beberapa hari ini menyita perhatianku. Sampai-sampai aku bahkan
tidak pernah sadar jika ada seseorang sedang memperhatikan keberadaanku
bersama Neul. Mengawasiku dan terus mengobservasi segala hal yang aku
dan Neul lakukan di taman itu. Sampai saat aku tahu siapa dia
sebenarnya, dan sampai aku tahu apa tujuannya hari itu telah mengubah
seluruh hidupku dalam sekejap, aku masih tenggelam dalam Rainy Tokyo dan tak pernah tahu jika ternyata dia begitu dekat.
*****
[Kim Hyonha]
Sepertinya
aku memulai tugasku hari ini tanpa berdoa sehingga segala sesuatunya
berjalan diluar kendaliku. Kuakui aku orang yang sedikit ceroboh, ah
baiklah maksudku lebih ceroboh dari sedikit ceroboh, atau jika lebih
memuaskan untuk menyebutku sangat ceroboh terserah saja. Mulai dari lupa
pasword kunci apartemen, sehingga aku harus merepotkan
pengelola untuk membuka pintu hanya untuk mengambil pulpen
keberuntunganku. Aku bahkan kehilangan note pentingku yang berisi tahap awal reseach-ku terhadap Ryeowook oppa. Rasanya ingin sekali menenggelamkan tubuh ini ke laut saja dan tidak ingin melangkahkan kaki lagi ke taman ini.
Sedah
sejak lama, bahkan sebelum aku mendapatkan kontrak resmi hak eksklusif
untuk mempelajari kehidupannya, aku sudah melakukannya lebih dulu. Tapi
kini semua hasil observasi dan pengamatanku yang susah payah kukumpulan
hilang entah kemana. Pasti jatuh di suatu tempat. Heechul oppa pasti akan menertawakanku kali ini. Setelah berbaikan dengan direktur Choi dan memulai taruhan bermain billiard lagi, Heechul oppa
berubah menjadi orang lain dan sekarang akulah yang tidak pernah
diperhatikannya. Bahkan sangat mungkin terjadi jika akulah yang jadi
taruhannya kali ini. Jika aku gagal Heechul oppa akan kalah
dari direktur Choi. Itu artinya, aku akan memicu perang berdarah
diantara mereka. Ok mungkin aku berlebihan menggambarkan banyak adegan
lagi di sini, tapi itulah yang akan terjadi. Sebelum Heechul oppa
mencekik direktur Choi karena mendepakku dari kantornya, direktur Choi
tentu sudah mengatur siasat bertahan dengan ancaman andalannya yaitu
artis cantik Lee Hye Rim dan itu selalu bisa membuat Heechul oppa bertekuk lutut dan mengalah.
Kutepuk-tepuk
pipiku seolah itu bisa menghangatkanku di pagi hari yang lumayan dingin
ini, sekaligus menyadarkanku dari kemungkinan aneh dan absurd dari
pertengkaran dua laki-laki dewasa yang tidak pantas disebut orang
dewasa. Kuketatkan syalku pada leher dan berusaha mencari tempat
bersembunyi terbaik yang bisa kudapat. Dan semak-semak diantara
rimbunnya tanaman bunga chrysantemum inilah pilihanku. Aku bahkan bisa memandanginya dari arah depan dengan jelas.
Ryeowook oppa
dan seorang yoeja mungil berwajah tirus dengan kulit sedikit pucat di
sampingnya duduk di sebuah bangku di taman ini dan sebentar-sebentar
saling berbincang tentang sesuatu. Aku tidak bisa mendengar dengan jelas
apa yang mereka bicarakan karena jarak yang agak jauh. Aku merangkak
dengan berusaha tanpa mengeluarkan suara untuk lebih mempersempit jarak
dengan keduanya. Seekor kupu-kupu tiba-tiba hinggap tepat di depan
hidungku yang kuharap tidak terlihat dari tempat mereka duduk. Gadis
mungil yang kutebak adalah adik Ryeowook oppa itu terus menatap lurus ke arah tempat bersembunyi. Sesekali berpaling pada oppanya yang berbincang sesuatu.
Tapi,
lagi-lagi aku tidak bisa mendengar dengan jelas apa yang mereka
bicarakan. Namun kali ini bukan karena jarak kami yang terlalu jauh,
tapi karena konsentrasiku teralihkan oleh sesuatu yang kurasakan
menggelitik di kakiku. Kuarahkan pandanganku pada ujung kakiku yang
merasakan gelitikan yang lama-lama berubah menjadi rasa gatal. Saat
itulah entah berapa lama, kupandangi dia, makhluk itu pada kedua matanya
yang menonjol. Dengan sangat mesra dan tatapan muka polosnya menatap
balik ke arahku, kemudian berkedip-kedip aegyo dan tiba-tiba meloncat ke arahku.
Seketika itu juga, jika boleh digambarkan dengan adegan slow motion,
jantungku berdegup kencang dan peluhkuku pun menetes menjalar di
sepanjang dahi jatuh menuju daguku. Ototku menegang dan dengan refleks
yang sedikit terlambat karena sang makhluk sudah berada tepat di dadaku
dan dengan santai memelototiku dengan tubuhnya yang hijau besar, aku
berdiri dan menghambur keluar dari semak-semak tempatku bersembunyi.
Tanpa
kusadari dua pasang mata menatapku dengan tatapan takjub, atau lebih
tepatnya ngeri bercampur heran. Dan tatapan kedua pasang mata itu juga
seolah mengatakan ‘Kau?!’. Yeah, sang laki-laki yang kini
berdiri kaku sambil memegang sebuah buku terbuka di tangan kirinya
menganga dengan ekspresi alisnya yang hampir saling bertautan
menyiratkan banyak pertanyaan yang sudah bisa ku tebak tertahan di
tenggorokannya. Sedangkan sang yoeja mungil sedetik kemudian berlari ke
arahku dan memelukku erat.
“Ounnie!”, teriak gadis mungil itu membuatku terkejut.
“Apakah aku mengenalmu?”, tanyaku heran.
“Neul kau mengenalnya?”, sang laki-laki yang sebenarnya adalah target observasiku hari ini, Ryeowook oppa juga terlihat sangat heran dengan sikap adiknya.
“Oppa, ounnie Banhanaa Cubbiey, dialah orangnya”.
“Mwo?! Dia Banhana Cubbiey??”
*****
TBC
Hehehehe..segini
dulu ya yang dipost. Lanjutannya segera dibuat, jangan lupa tinggalkan
jejak. Jika FF ini membuat kalian bosan dan mengantuk silahkan
tinggalkan saja tidak perlu dibaca muahahahaha....
